Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat atau biasa disebut KPM merupakan salah satu program studi di IPB University. Bagi sebagian orang mungkin cukup asing dengan program studi ini karena hanya ada satu di Indonesia.
Lahirnya KPM melalui tahapan yang cukup panjang. Tepatnya pada tahun 1960, berdiri Fakultas Pertanian, Universitas Indonesia dengan tiga departemen, yakni Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pengetahuan Alam dan Departemen Kehutanan.
Kemudian pada tanggal 1 September 1963, Fakultas Pertanian, Universitas Indonesia memisahkan diri dan lahirlah Institut Pertanian Bogor dengan beberapa departemen, salah satunya adalah Departemen Sosek.
Pada tahun 2005, Departemen Sosek melakukan departemenisasi sesuai dengan kebijakan IPB yakni Surat Keputusan Rektor Institut Pertanian Bogor Nomor: 001/K13/PP/2005 tanggal 10 Januari 2005 dan lahirlah Departemen Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia dengan fokus keilmuan ilmu sosial.
Dilansir dari website SKPM, disebutkan bahwa program studi ini termasuk dalam program studi sarjana dengan peminat terbanyak di IPB, yakni menduduki peringkat kelima. Departemen SKPM IPB juga sudah terakreditasi A dari BAN PT serta terakreditasi internasional dari AUN QA.
Namun dibalik tingginya minat di jurusan ini dan akreditasinya yang A, ternyata fasilitas di departemen ini belum begitu memadai karena tidak tersedia ruang kelas bagi mahasiswa.
Ardilamita, salah satu mahasiswa jurusan KPM menjelaskan jika selama ini mahasiswa KPM selalu berpindah-pindah ke gedung satu ke gedung lainnya untuk melaksanakan kelas.
“Sejauh ini kalau kuliah harus pindah-pindah kelas, bisa ke gedung A ke gedung D yang jelas kadang jaraknya jauh dan waktu perpindahannya mepet. Untuk kelas yang ditempati sih sebenernya beragam ya, bisa di IPB W4, bisa di gedung anak Faperta, bisa di gedung Fapet, Fahutan, Satari dan banyak sih gedung lainnya yang harus dijelajahi anak-anak KPM,” tutur Mita.
Berpindah-pindah kelas juga membuat mahasiswa KPM harus mengeluarkan energi lebih. Mita menjelaskan jika beberapa kali lokasi ruang kelas berpindah secara mendadak dan berbeda dari yang tertera di IPB-Mobile.
“KPM harus kesana kesini apalagi kalau jeda waktu cuma 10 menit dan bus lagi ga lewat jadi mau ga mau harus jalan kaki bahkan lari biar ga telat, belum lagi kalau tiba-tiba ruangan yang sudah tertera di IPBM kadang tiba-tiba ga bisa dipake. Jadi mau gamau mahasiswa terlantar sambil nunggu dosen nyari ruang kelas dadakan,” tutur Mita.
Mita berharap kedepannya ada pembangunan ruang kelas khusus mahasiswa KPM apalagi mahasiswa KPM juga membayar UKT seperti mahasiswa di departemen lainnya.
“KPM juga sama-sama bayar UKT seperti mahasiswa departemen lainnya, jadi semoga aja UKT yang dibayarkan bisa memberikan kenyamanan buat mahasiswanya melalui ruang kelas yang nyaman,” tutup Mita.
***
Reporter : Shintia Rahma Islamiati
Editor : Rani Zuwinta
Fotografer : Khansa Nabilah
Tambahkan Komentar