Pada tanggal 01 September 2023, Arif Satria selaku rektor IPB University meluncurkan fasilitas Beam (sepeda listrik). Fasilitas ini diluncurkan bertepatan dengan hari Dies Natalis IPB University yang ke-60. Peluncuran Beam mendapatkan antusiasme tinggi dari mahasiswa maupun warga sekitar kampus.
“Fasilitas ini bermanfaat banget buat mahasiswa. Karena kita tidak bisa hanya mengandalkan bus IPB yang tidak selalu stand by setiap waktu. Kalaupun menggunakan jasa POKI, jarak jauh ataupun dekat tarifnya sama saja. Jadi, Beam bisa menjadi solusi atas kebutuhan mobilisasi mahasiswa. Salah satu keuntungannya adalah Beam ini bisa digunakan setiap saat dan pos-posnya juga berdekatan,” ujar Irsyad, mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB.
Sistem Beam mengadaptasi konsep swalayan. Pengguna perlu melakukan top up saldo di aplikasi Beam minimal 20 ribu Rupiah. Penghitungan biaya dimulai dengan angka Rp1.750 dan Rp700 per menit berikutnya. Pantas Beam digemari oleh mahasiswa IPB. Namun, sangat disayangkan, fasilitas ini hanya bertahan beberapa bulan saja. Seluruh Beam yang berada di Beam Parking Spot terlihat diikat dan dibatasi police line pada Bulan November. Di bulan januari, seluruh unit Beam telah menghilang dari lingkungan kampus. Banyak mahasiswa yang bertanya-tanya kemana perginya fasilitas sepeda listrik tersebut.
Koran Kampus (Korpus) IPB University sendiri telah mencoba mencari tahu alasan dibalik menghilangnya Beam ini. Korpus sudah menghubungi berbagai pihak seperti admin Help Center bagian Sarana dan Prasarana, staf Direktorat Umum dan Infrastruktur (DUI), bahkan hingga asisten direktur DUI. Tetapi, tidak ada kejelasan info mengenai hilangnya Beam tersebut.
Anindya, seorang mahasiswi Teknologi Pangan yang sempat menikmati layanan Beam sebelum kemudian ditarik dari peredaran, mengungkap sistem kerja Beam.“Sistem saldo Beam, tuh, kayak saldo e-wallet. Aku kurang tahu batas 20 ribu itu sampai mana, tapi dari Fateta sampai FPIK cuma 4 ribu Rupiah.” Tetapi, dia juga menambahkan tentang sistem pembayaran yang janggal di aplikasi Beam. Anindya bilang, “Jujur, aku masih ada saldo kira-kira di bawah 20 ribu Rupiah, tapi sepertinya nggak bisa ditarik. Jadi, ya sudah, mau gimana lagi.”
Sudut pandang lain muncul dari Irsyad. Ia menuturkan kekecewaan terhadap ketidakjelasan informasi tersebut. Irsyad mengatakan bahwa mahasiswa juga berhak mempertanyakan alasan dan mendapatkan klarifikasi mengapa Beam tidak lagi ada di kampus.
“Semisal ada faktor sosial atau keamanan yang memang mengharuskan Beam berhenti beroperasi, setidaknya harus ada pemberitahuan yang jelas, sehingga respon mahasiswa juga jelas dan tidak menimbulkan persepsi macam-macam,” ungkapnya.
Ditinjau secara ekologis, Irsyad menilai keberadaan Beam yang merupakan sepeda listrik adalah kendaraan yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi karbon. Dia sangat menyayangkan Beam yang tiba-tiba menghilang dari kampus.
“Apalagi IPB menjunjung tinggi konsep green campus. salah satu variabel dari green campus adalah dengan adanya pemanfaatan energi terbarukan seperti Beam ini. Padahal antusiasme mahasiswa sejak kedatangan Beam sangat tinggi. Mereka sampai bilang, wah, IPB keren juga ya karena sudah ada Beam,” kisahnya.
Selaku mahasiswa, Irsyad berharap jika beam ini memang harus ditiadakan, alasan yang diberikan harus jelas.
“Pihak-pihak credible yang terlibat seperti pihak penyedia maupun pihak kampus diharapkan memberikan klarifikasi yang jelas. Alasan peniadaannya itu juga harus diiringi dengan solusi perbaikan. Misalkan alasannya adalah faktor keamanan, maka alangkah baiknya jika ada sosialisasi tutorial penggunaan Beam sesuai prosedur. Kalau perlu ditambahkan alat keamanan supaya fasilitas Beam tetap dapat dioperasikan. Intinya, semoga kampus turut memberikan solusi agar beam bisa tetap ada,” tutupnya.
***
Reporter : Adinda Pratiwi ,Fatin Humairo, Matta Cinta, Diana Rahmawati
Editor : Rafly Muzakki
Tambahkan Komentar