Selasa (8/10), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) mengadakan sebuah dialog terbuka untuk mahasiswa FEMA dengan mengangkat tema “Restrukturisasi Fakultas: Bagaimana Nasib FEMA?”. Acara ini diselenggarakan di Ruang Seminar FEMA, dengan mengundang Dekan FEMA beserta wakilnya dan para ketua departemen di FEMA sebagai pembicara.
Isu terkait restrukturisasi fakultas ini memang sudah beredar di kalangan mahasiswa FEMA beberapa bulan terakhir. Adanya isu ini cukup memengaruhi penyelenggaraan Pemilihan Umum Raya (Pemira) FEMA, yang biasanya mulai serentak dibuka sejak bulan September. Oleh sebab itu, BEM FEMA segera mengambil langkah agar keresahan para mahasiswa terutama ketua ormawa FEMA dapat terjawab melalui dialog terbuka.
Isu yang dimaksud adalah rencana restrukturisasi dari fakultas menjadi sekolah, pemindahan Departemen Gizi Masyarakat (GM) ke Fakultas Kedokteran, serta pemekaran Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) dan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) menjadi beberapa program studi dalam waktu dekat.
Dekan FEMA, Dr. Sofyan Sjaf, M.Si., memberikan konfirmasi bahwa untuk saat ini statusnya masih dalam tahap penyusunan naskah akademik, yang artinya proses untuk mencapai keputusan final masih terbilang cukup panjang. Berdasarkan pengalaman serupa dari fakultas lain, prosesnya bisa memakan waktu kurang lebih dua tahun.
Adapun rencana yang sedang disusun dan akan diajukan akhir tahun ini sebagian besar sesuai dengan isu yang beredar, hanya saja Departemen IKK akan tetap bertahan dalam satu program studi, sedangkan Departemen SKPM akan membentuk tiga program studi baru, yaitu S1 Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, S1 Geografi Lingkungan, dan S1 Sosiologi.
Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si. selaku Ketua Departemen SKPM menjelaskan bahwa gelar untuk mahasiswa dari ketiga program studi tersebut pun nantinya akan berubah, tetapi baru akan berlaku untuk mahasiswa angkatan 62 nanti. Penerimaan mahasiswa baru untuk ketiga program studi ini rencana akan mulai dibuka pada tahun 2025.
Rencana peralihan fakultas menjadi sekolah ini juga menimbulkan kekhawatiran atas akreditas Unggul yang dimiliki ketiga program studi di FEMA saat ini. Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si., meluruskan bahwa alih-alih menurun, akreditas program studi yang Unggul justru dapat mengkatalisis perolehan akreditasi sekolah nantinya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari pihak fakultas, setiap ketua ormawa FEMA selaku panelis bergiliran menyampaikan argumen dan pertanyaan yang mewakili keresahan mahasiswa FEMA di lingkup masing-masing. Mengenai Pemira FEMA mendatang, telah dipastikan bahwa mahasiswa GM masih dapat mencalonkan diri sebagai ketua atau wakil ketua BEM FEMA periode 2024/2025.
KM FEMA juga memanfaatkan platform Dialog FEMA ini untuk terus mengungkit problematika fasilitas yang dianggap tidak sebanding dengan besaran UKT. Mengingat kurangnya fasilitas ruang kelas khusus, keamanan dan konformitas lahan parkir, serta fasilitas penunjang lain, diskursus ini tidak pernah ditutup. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang diwakilkan telah diperjelas oleh dekan dan jajarannya.
Dialog FEMA membuka pintu klarifikasi atas isu restrukturisasi yang simpang siur di kalangan mahasiswa FEMA. Pujangga, Ketua BEM FEMA Periode 2023/2024, menyatakan tanggapannya mengenai forum ini. “Permasalahan restrukturisasi mulai muncul di semester ini, ya, dan itu mulai menjadi rumor yang sangat liar di KM FEMA sendiri. Harapan buat dialog FEMA ini, permasalahan restrukturisasi yang belum ada sosialisasinya bisa jelas di KM FEMA,” tutupnya.
***
Reporter: Syifa Shabreena, Matta Cinta Salsabila
Editor: Rosita
Tambahkan Komentar