Beasiswa KIP Kuliah Dinilai “Tidak Tepat Sasaran”, Galaksi IPB Buka Suara, Benarkah Demikian?

Maraknya kasus beasiswa KIP-K (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) yang “tidak tepat sasaran” kini menjadi sorotan berbagai kalangan. Beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa kurang mampu dengan potensi akademik yang baik ini kerap disalahgunakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Beberapa individu yang terbilang mampu mendaftarkan dirinya dan lulus menjadi penerima program ini.

Publik sempat mempertanyakan tentang bagaimana proses seleksi calon penerima beasiswa KIP-K, khususnya di IPB University. Menurut Hizkia Immanuel Agoes Syukur, selaku ketua umum Galaksi IPB, dalam wawancara 17 Mei, di IPB University, proses seleksi ditangani secara langsung oleh Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) dan dibantu oleh sub divisi Kesejahteraan Mahasiswa.

“Mekanisme penerimaannya diurus oleh masing-masing universitas. Di IPB sendiri, (ditangani) oleh Ditmawa dan dibantu dengan subdiv kesmawa (kesejahteraan mahasiswa). Ada divisi yang khusus untuk KIP-K, dipimpin Bu Munawaroh, baik itu dalam penerimaan, persuratan, dll. Di awal penerimaan, Ditmawa juga akan bikin kepanitiaan kecil untuk mewawancarai para calon pendaftar KIP-K, namanya kakak pendamping,” ujarnya.

Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pihak Ditmawa dan Galaksi untuk meminimalisir kesalahan dalam seleksi. Mulai dari wawancara, pendataan aset, hingga pertimbangan situasi anggota keluarga calon penerima. Akan tetapi, proses seleksi yang panjang tidak menutup kemungkinan adanya celah penyalahgunaan beasiswa ini.

“Semua prosesnya ditangani dan direvisi langsung oleh Mbak Mun. Seleksi pure wawancara langsung dan di cek aset apa saja yang dimiliki pendaftar. Walaupun, sudah seketat itu dan sebaik apapun kita berusaha mengurangi error-nya, pasti akan ada aja sih, satu persennya. Nah, satu persen inilah yang biasanya jadi viral di media sosial,” ujar Hizkia.

Menanggapi kondisi ini yang juga serupa dialami kampus lain, Kemendikbudristek menciptakan kebijakan untuk mengevaluasi penerimaan mahasiswa KIP-K dengan membentuk badan pengawas KIP-K. Dirangkum dari KOMPAS.com, menurut Staf Khusus Presiden, Billy Mambrasar, cara terakhir dalam menghentikan salah saran KIP-K adalah dengan tidak lagi memberikan pengelolaan KIP-K hanya oleh pihak kampus, tetapi juga badan lainnya yang memang bertugas mengawasi penyaluran beasiswa.

Guna memperbaiki situasi ini, pihak Galaksi dan Kemahasiswaan IPB telah menyediakan formulir pengaduan yang dapat diakses mahasiswa jika menemukan kasus penyalahgunaan KIP-K. Dapat dipastikan pula bahwa privasi pelapor dan terlapor akan dirahasiakan.

“Ada linktree di Instagram Galaksi. Di linknya, ada form pengaduan. Jadi, setiap mahasiswa yang ingin melaporkan temannya yang sekiranya tidak pas untuk menerima beasiswa, misalnya hedon, hamil, sudah punya anak, dan lainnya, sudah disiapkan form-nya,” terang Hizkia.

Proses penanganan kasus dugaan penyalahgunaan KIP-K di IPB meliputi tiga langkah utama: pengaduan, verifikasi, dan keputusan.

“Pertama, kita siapin form pengaduannya. Kalau ada pengaduan yang masuk, akan kita cross check dulu, dicari tahu apakah benar datanya sesuai dengan yang dilaporkan. Kalau terbukti, kita panggil untuk validasi. Keputusan akhirnya akan antara dua pihak, Ditmawa dan pihak terlapor. Karena kalau sudah ketahuan ada penyalahgunaan, pihak pusat akan turun langsung. Pengiriman dana beasiswa akan diberhentikan di hari itu juga. Kalau kejadiannya di pertengahan semester, uang dalam semester itu harus dikembalikan. Keluar surat yang menyatakan kalau pihak itu sudah tidak layak untuk menerima KIP-K lagi.

Galaksi akan terus mengedukasi para mahasiswa mengenai tata cara pelaporan penyalahgunaan KIP-K ini. Mahasiswa juga dihimbau untuk selalu bijak dalam menggunakan media sosialnya.

“Setiap ada kasus viral tentang KIP-K, kita sangat mengusahakan supaya menjaga privasi teman-teman. Jangan sampai ga menghargai privasi temannya, di up, kemudian viral. Bukannya untuk menutupi, tetapi kita membuat mekanisme supaya nama baik semua pihak bisa tetap aman, ga ada gejolak aneh-aneh lagi. Biar kami tangani, kalian ngadu aja sepuasnya, isi aja Google Form-nya, secepatnya kami akan usahakan untuk cek dan tindak setelah laporan diterima.” tutur Hizkia.

***

Reporter: Rahma Ambara, Arosanda Putri

Ilustrator: Natha Maritza Fitri

Editor: Rafly Muzakki

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.