Pada (29/05), sekelompok mahasiswa Vokasi IPB program studi Teknologi Rekayasa Komputer sukses melakukan pengujian alat dari kegiatan PJBL (Project Based Learning) mata kuliah Sistem IOT, alat ini dinamakan Felova.
Felova (Fertigasi dan Logger Pada Vanilla planifolia Sebagai Penghasil Bibit Unggul) merupakan alat fertigasi (penyiraman pupuk) dan irigasi yang sudah diotomatisasi.
Ketua kelompok, Muchammad Syahirul Hafid, menjelaskan bahwa komoditas vanili dapat menjadi bisnis ekspor yang cukup menjanjikan, bahkan bisa dihargai 6 juta/kg. Namun, pengelolaan vanili masih kurang, terutama jenis Vanilla planifolia Andrews yang butuh kelembaban air dan kadar pemupukan yang pas.
Maka dari itu, kelompok mata kuliah Sistem IOT yang beranggotakan Muchammad Syahirul Hafid, Chika Desvi, Susilowati, Ferdian Vanany, Muhammad Ridzky Fadhlurrahman, Daffa Darmawan, dan Bambang Slamet Wilujeng melakukan kerjasama dengan mitra UPBS (Unit Pengelolaan Benih Sumber) di BSIP-TROA (Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Rempah, Obat, Dan Aromatik).
Sebelumnya, teknik pemupukan dan penyiraman di mitra ini masih manual, tak punya ketetapan nilai sehingga tunas-tunas yang dihasilkan masih banyak yang gagal karena tidak lolos sortasi, Felova pun hadir menjadi solusi.
“Nah Felova ini menyediakan indikasi kapan kita harus menyiram, berapa kebutuhan air vanilinya, kapan harus dipupuk, bisa nge-track kelembaban tanah dan suhu di luar ruangannya, sehingga bisa dihasilkan satu data itu sebagai acuan penanaman vanili yang baik,” tutur Hafid.
Felova menggantikan teknik penyiraman yang sebelumnya konvensional menjadi otomatis dengan intensitas penyiraman dan pemupukan berkala, pemupukan dikontrol melalui tombol pada box panel dan penyiraman melalui aplikasi Blynk.
Rekan kelompok Hafid, Daffa Darmawan, menambahkan, “Alat ini memiliki dua mode, yaitu irigasi dan pemupukan. Pada irigasi, sensor ditempatkan di tanah untuk mendeteksi kelembaban tanah, jika kelembabannya di bawah 50% alat akan menyiram selama 3 menit. Sedangkan, untuk pemupukan dilakukan pengukuran secara periodik selama 2 bulan sekali, pupuk akan dialirkan melewati jalur pipa irigasi dengan menekan tombol.”
Selain kelembaban tanah, suhu lingkungan juga diukur. Kemudian, data nilai kelembaban dan suhu lingkungan dikirimkan ke server yang bertugas untuk menampilkan data-data tersebut dalam bentuk tabel dan grafik pada website server yang dinamakan felova.my.id.
Hafid menerangkan bahwa Felova adalah modifikasi dari alat irigasi tanaman jahe. “Sebelumnya, sudah ada alat paten irigasi tanaman jahe yang dipakai selama masa pandemi. Namun setelah pandemi selesai, peminat jahe mulai berkurang sehingga alat itu terbengkalai di mitra. Akhirnya, mitra kami meminta membuat alat fertigasi dan irigasi secara otomatis menggunakan alat yang sudah ada,” ujar Hafid.
Dalam pembuatan Felova, terdapat beberapa kesulitan dihadapi Hafid sekelompok, seperti sulitnya mencari tangki dengan kapasitas 200 liter dan menentukan nilai kalibrasi sensor. Hafid dan rekan juga cenderung bolak-balik dari kampus ke mitra, “Kita fokusnya ke pembuatan alat dan cenderung ke hardware-nya yang lumayan besar, alat-alat bengkel itu adanya di kampus jadi harus bolak-balik dari lab hardware ke mitra.”
Hafid mewakili kelompoknya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, seperti Ibu Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, M.Si, selaku mitra, lalu Redy Aditya Permadi, SP dan Bapak Ace selaku Pembimbing Mitra UPBS, serta Bayu Widodo, MT selaku Pembimbing Mata Kuliah.
“Alat ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mitra yang membutuhkan dan pekerjaan orang lapangan menjadi efisien karena teknik penyiraman yang semula masih konvensional sekarang bisa dikontrol melalui website,” ujar Hafid.
Tambahkan Komentar