Bagi mahasiswa TPB IPB angkatan 49 yang peka terhadap dunia perpolitikan IPB, mereka tahu pemilihan rektor (pilrek) jatuh pada tanggal 31 Oktober 2012. Akan tetapi, peka ataupun tidak, tetap terkejut dengan kehadiran pilrek yang ternyata sudah di depan mata. Contohnya pada mahasiswi yang berdiam di gedung asrama A1, semalam sebelum pilrek, mereka bersama-sama mengadakan sholat hajat. Tentu saja pihak asrama yang mengatur acara ini. Seandainya saja tidak ada tujuan “sukses UTS” dalam sholat hajat itu, para mahasiswi A1 lebih memilih untuk belajar demi mata kuliah yang diuji keesokan hari.
Bukannya mereka terkejut, lalu mereka tidak peduli, tidak. UTS sedang berada dalam fokus mereka, terutama bagi mereka yang merasakan UTS di perkuliahan untuk pertama kali. Selain itu, mereka tahu mereka tidak akan memilih, atau lebih tepatnya mereka tidak boleh memilih. Sebenarnya kalau Pilrek lebih digaungkan di hari-hari atau bulan-bulan sebelumnya, dan terdapat kepastian mahasiswa TPB akan memilih, mereka tentunya akan lebih antusias dan rasanya kalaupun terkejut, mereka peduli.
Tergantung dari individu masing-masing mahasiswa. Di mana dia akan melihat Pemilihan Rektor sebagai ajang untuk menentukan masa depan kampus mereka, dan selanjutnya. Tetapi dilihat dari sholat hajat atau istighosah secara kolektif (tak hanya gedung A1), mereka mampu untuk melakukannya dan meninggalkan kesibukan belajar UTS mereka untuk sementara. “Walaupun tidak memilih, berdo’a untuk siapapun rektor yang akan terpilih. Semoga adalah pemimpin yang terbaik bagi kita semua” itu yang disampaikan oleh jarkom, dan pemimpin do’a sholat Hajat.
Nahdah Sholihah-Reporter Mgang
Tambahkan Komentar