
Setelah satu tahun “vakum” dari kegiatan-kegiatan dalam kampus, organisasi ekstra kampus Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Komisariat S1 menggelar musyawarah dalam rangka pemilihan ketua baru pada Kamis (15/10) lalu di RK OFAC B1.
SAPMA merupakan suatu komunitas dengan misi “pengkaderan”. Bergerak di bawah naungan Pemuda Pancasila (PP) pusat, SAPMA menjadi jembatan antara PP ke mahasiswa dan pelajar. Terbentuk sejak 2004 di bawah pimpinan Refi angkatan 41 IPB, kader-kader SAPMA semakin bertambah. Hingga kini jumlah anggotanya mencapai ratusan, namun anggota aktif hanya sekitar 34 orang. SAPMA Komisariat S1 IPB telah berganti ketua sebanyak lima kali yaitu Refi, Dandi, Malik, Yosi, dan Irawan.
Dengan mengenakan seragam loreng hitam-jingga para anggota SAPMA menyaksikan pelepasan jabatan ketua lama, Irawan (PSP/50). Kandidat calon ketua SAPMA kali ini ada dua, keduanya berasal dari angkatan 49. “ Kita sangat menghindari voting, kalau belum satu suara musyawarahnya di skorsing dulu sampai bisa jadi satu suara.” Ungkap Irawan.
Irawan mengaku, kurangnya pertemuan rutin setiap minggu dan penekanan kegiatan internal menyebabkan organisasi ini terlihat vakum. “ Kita tetap aktif di kegiatan luar kampus, tetap mengadakan baksos sambil bukber dan SOTR-an, hanya nggak terstruktur aja kegiatannya”. Masalah perizinan menjadi alasan mereka sulit mengadakan kegiatan di lingkungan kampus, karena organisasi ekstra kampus berbeda dengan prosedur UKM/LK/LS di IPB.
Cara perekrutan anggota SAPMA cukup unik dan berbeda dengan organisasi lain, mereka hanya memanfaatkan pendekatan untuk menarik anggota baru. “ Kita sempat di kasih kesempatan dua kali ikut OH di IPB, bangun stand untuk pengenalan SAPMA karena kita kan nggak pake sistem OR, tapi tahun kemarin organisasi ekstra kampus nggak boleh ikut jadi jumlah anggota barunya menyusut” tutur Zeta (THP 47) selaku pengurus cabang alumni SAPMA Komisariat S1 IPB.
Para anggota SAPMA tidak memungkiri bahwa banyak orang yang beranggapan negatif ketika mendengar SAPMA. Hal tersebut mereka maklumi karena citra dari PP pusat yang telah beredar di masyarakat. Tudingan bahwa SAPMA sering tawuran dan membuat masalah hanya dianggap angin lalu selama itu tidak benar adanya. Tujuan utama mereka adalah memperbaiki citra tersebut dengan menjalankan berbagai kegiatan bakti sosial dan kunjungan-knjungan ke berbagai tempat. Beberapa kali SAPMA juga diundang untuk mengikuti event-event kenegaraan seperti upacara tujuh belas agustus di Istana Negara dan peringatan sumpah pemuda di Museum Lubang Buaya.
Organisasi yang berlandaskan Pancasila ini menanamkan rasa bela negara kepada para anggotanya. Mereka menerapkan kegiatan semi militer dan karantina, bekerja sama dengan Yonif dan Kopasus. Pendidikan organisasi dan latihan kaderisasi (seperti wajib militer) hukumnya wajib untuk anggota. “ Kita sama dengan organisasi lain, tapi landasan kita Pancasila, itu yang beda. Harapan kedepannya ya SAPMA jangan lagi dipandang sebelah mata sebagai organisasi ekstra kampus, semoga kadernya makin banyak” Tutup Zeta.
Indah Kusuma Effendi
Tambahkan Komentar