SPR : Upaya Tingkatkan Pengetahuan dan Kemampuan Peternak di Era Global

spr
Seminar Sosialisasi Akbar Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dengan tema “Membangun peternakan berdaulat demi meningkatkan daya saing di era globalisasi bersama mahasiswa dalam Sekolah Peternakan Rakyat (SPR)

Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Mahasiswa yang tergabung dalam Klub Social Movement on Animal Research (SMART) bersama dengan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER), Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER), Himpunan Mahasiswa Ruminansia dari Fakultas Kedokteran Hewan, dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) dari Fakultas Ekologi Manusia yang melakukan kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB serta Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Republik Indonesia mengadakan Seminar Sosialisasi Akbar Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) pada Sabtu (14/11) lalu di Ruang Kuliah A Fakultas Kedokteran Hewan. Seminar ini dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peternak sehingga mampu bersaing di era globalisasi.

Seminar yang mengangkat tema “Membangun peternakan berdaulat demi meningkatkan daya saing di era globalisasi bersama mahasiswa dalam Sekolah Peternakan Rakyat (SPR)” ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menggali informasi dan menambah wawasan tentang SPR serta mengajak seluruh civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa untuk turut serta melakukan pendampingan kepada para peternak melalui kegiatan turun lapang SPR.

Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA menuturkan bahwa Sekolah Peternakan Rakyat yang dulu digagasnya kini dikembangkan menjadi Sentra Peternakan Rakyat setelah beliau dilantik menjadi Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Republik Indonesia. Pak Dirjen juga mengungkapkan bahwa untuk menuju peternakan yang berdaulat dibutuhkan peran beberapa pihak.

Peternak di Indonesia secara komoditas kini semakin terpinggirkan, sehingga peran para peternak pun semakin tersingkir. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya kandang peternak kecil yang kosong, “Banyak potensi yang tidak dimanfaatkan secara maksimal”, imbuhnya. Oleh karena itu Sentra Peternakan rakyat hadir untuk memanfaatkan potensi yang ada seperti peternak dan ternak yang sudah ada dan potensi pertanian yang bisa dimanfaatkan, serta melakukan pencerdasan dan pendampingan kepada peternak melalui Sekolah Peternakan Rakyat yang ada di dalamnya.

“Dosen dan mahasiswa harus membantu peternak dalam beternak. Apalagi untuk mencapai target 500 titik SPR di seluruh wilayah Indonesia di tahun 2016, dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah, civitas akademika, serta peternak itu sendiri. Gugus Perwakilan Pemilik Ternak (GPPT) yang mewakili 500 peternak nantinya akan bekerjasama dengan manajer SPR”ujar Dr. Sofyan Sjaf, M.Si selaku sekretaris umum Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB serta salah satu dosen yang mengajar di Fakultas Ekologi Manusia. Beliau juga menegaskan bahwa dalam SPR ini diwajibkan untuk bekerja secara berjamaah untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut salah satu alumni mahasiswa Fakultas Peternakan tahun 2014 yang pernah tergabung dalam Klub Sekolah Peternakan Rakyat, Hafidz Ilman Albana, S.Pt, kondisi di lapang sangat berbeda. Pengalaman yang ia dapatkan selama mengikuti kegiatan turun lapang bersama SPR di Bojonegoro, sangat sulit membujuk peternak untuk bekerja secara berjamaah karena menurut peternak hal tersebut dianggap merepotkan dan mereka memilih untuk bekerja sendiri.

Pak Muladno menambahkan bahwa peternakan di Australia tidak bisa dibandingkan dengan peternakan di Indonesia. Target dari SPR ini bukan untuk mencapai swasembada, melainkan lebih dari swasembada. “Semangat swasembada harus kita pegang, namun jangan berhenti sampai di swasembada. Dengan begitu Indonesia bisa mendekati peternakan seperti di Australia”, tutur beliau. Selain itu, diharapkan dengan adanya SPR mampu merubah mental para peternak.

Prof. Dr. Ir Muladno, MSA juga menyampaikan bahwa sebagai orang nomor satu di bidang peternakan beliau memberikan kebebasan untuk membuat manajeman yang bisa menjadikan peternak berdaulat. Begitu pula Dr. Sofyan Sjaf, M.Si yang menyampaikan bahwa pendampingan oleh mahasiswa kepada peternak tidak terbatas hanya untuk mahasiswa Fakultas Peternakan saja, namun terbuka untuk mahasiswa dari fakultas lain, serta menurut Kak Hafidz, sesungguhnya peternak itu membutuhkan generasi muda dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kesempatan yang sama, pria yang sekarang bergabung dengan kelompok Sarjana Membangun Desa Wilayah Pendampingan (SMDWP) di Karawang ini mengajak mahasiswa untuk merangkul para peternak, bersosialisasi dengan warga masyarakat, dan turun ke lapang untuk membantu permasalahan peternak.

Dimas Nurhadi

Editor : Shalsa Nurhasanah

Marketing And Communication

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.