Poliklinik yang Tidak Gratis

Opini oleh Nahdah Sholihah

Tidak gratis… berarti bayar dong? Ya, poliklinik yang dimaksud di sini adalah Poliklinik IPB, dan layanan Poliklinik IPB jangan salah, adalah gratis. Setiap mahasiswa yang sakit terutama mahasiswa TPB dapat secara langsung berobat di poliklinik. Perjalanan jauh dari asrama, melewati CCR, SMA Kornita, Asrama Internasional tidak terasa ketika disambut oleh dokter yang baik. Diperiksa, diberi obat, diberi saran, gratis lagi.
Pada kenyataannya, wujud dari poliklinik yang “gratis” ini sangat baiknya memberikan pelayanan yang maksimal. “Ini gue diare, tapi kok dikasih obatnya macam-macam,” keluh Noe, mahasiswi TPB. “Temen aku sakit panas dikasih OBH Nusantara,” ujar Mutiara, mewakili teman selorongnya yang sakit. “Dokternya jutek abis, ngelarang gue nemenin temen gue,” ucap Syifa dengan marah. Lalu berbagai keluhan lain dari mahasiswa yang menyangkut pelayanan poliklinik, yang seperti tercontohkan di atas, obat dan dokternya.
Khususnya mahasiswa TPB yang tak dapat berobat di luar karena tempat tinggal yang berada di lingkungan IPB. Mengacu pada tingkat efesiensi dan efektivitas, mahasiswa TPB tentunya akan memilih poliklinik. Mau tak mau ya, berobat ke poliklinik. Walau pada akhirnya beberapa mahasiswa lebih memilih meminum obat “warung” daripada berobat, ada juga yang membiarkan sakitnya dengan beroptimis untuk sembuh.
Melihat pentingnya kebutuhan mahasiswa akan senantiasa sehat, pelayanan poliklinik seharusnya dievaluasi lagi. Poliklinik yang tidak gratis dapat menjadi solusi jika sebuah “kegratisan di muka” dianggap terlalu mahal. Tidak apa membayar, mengorbankan uang, asal terjangkau, puas, dan sembuh.

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.