sekilas memang tampak biasa saja ‘menghargai’, serentetan kata yang tersusun dalam 10 abjad yang saling berkesinambungan dan membentuk sebuah makna yang bila ditelisik lebih dalam mempunyai banyak arti dan cukup bijak bila diimplementasikan dalam kehidupan. Namun nyatanya, akhir-akhir ini produk saling ‘menghargai’ sudah mulai pudar. Mengambil hak milik orang lain seperti lapak milik sendiri, lalu merasa berdosa? sepertinya tidak. kalau toh sudah merasa berdosa pasti tidak akan melakukannya dengan sekedar niatan cuma-cuma.
acapkali kita masih miris, dengan mereka-mereka yang seyogyanya harus ‘tercurangi’ dengan banyak oknum yang kurang bisa menelaah lebih dalam arti sebuah ‘menghargai’. saling mengetahui proporsi kewajiban yang ada dan menerima bagian hak masing-masing tanpa merasa ‘milik saya lebih sedikit ketimbang milik dia’ atau ‘seharusnya milik saya seperti apa yang dia dapatkan.’
miris kan kalau diantara kepala banyak manusia isinya hanya saling menjatuhkan, bukan malah saling mensyukuri atas apa yang sudah diberi dan lalu berusaha untuk bisa mendapatkan yang lebih baik lagi. dengan tendensi tanpa perlu mencari celah jurang diantara keduanya, tanpa perlu saling mencaci dan mengambil hak pada wilayah teritori masing-masing.
menghargai itu produk paling sederhana dalam hidup yang seringkali tanpa sadar tercurangi.
masih sering ribut soal mengapa saya tidak bisa duduk dengan nyaman di kereta api tiap pagi?
oleh : Pristi Sukmasetya
Tambahkan Komentar