Libur lebaran telah tiba. Akan tetapi, jangan jadikan liburan ini untuk bermalas-malasan. Banyak hal bermanfaat yang dapat dilakukan untuk mengisi libur lebaran agar tidak bosan, salah satunya dengan membaca buku. Berikut beberapa rekomendasi buku yang cocok dibaca untuk menghabiskan masa libur lebaran sebelum kembali menjalani aktivitas perkuliahan.
1. Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Quran
Buku ini mengantarkan kita pada semangat menghafal Alquran. Buku ini juga menjelaskan pengalaman penulis yang dapat menghafalkan Alquran dalam waktu 2 bulan dan berhasil menjadi Juara 1 Tahfiz dan Tafsir Alquran 30 Juz Musabaqah Internasional. Pengalaman penulis mengantarkan kita pada kiat kiat praktis yang memang bisa langsung diterapkan oleh kita yang sedang menghafal, maupun telah selesai menghafal Alquran. Karena menghafal Alquran merupakan perjuangan seumur hidup, maka di buku ini juga dibahas mengenai cara terus menjaga hafalan yang telah dimiliki.
2. Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti
Buku terjemahan dari penulis korea bernama Kim Sang Hyun dapat menjadi salah satu teman liburanmu. Buku bersampul minimalis yang dominan putih ini mengisahkan tentang potongan hidup penulis dan renungannya akan berbagai aspek dalam kehidupan. Buku ini memiliki empat bab besar yang tiap babnya memiliki sub-bab tersendiri lagi sehingga memudahkan pembaca untuk memilih topik yang ingin ia baca terlebih dahulu. Buku terjemahan asal negeri gingseng ini memiliki bahasa yang mudah untuk dipahami pembaca. Gaya bahasa penulis yang mengalir akan membawa pembaca untuk ikut merasa tenang dan hangat selama proses membacanya. Pembaca seolah diajak untuk menjadi teman cerita bagi penulis tentang masalah-masalah dalam hidupnya. Melalui buku keren ini, pembaca disadarkan kembali dari kekhawatiran dan berbagai pikiran buruknya. Mereka akan meyakini bahwa bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus memikirkan ucapan orang lain.
3. Be Calm Be Strong Be Grateful
Buku ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap tenang menghadapi pendapat orang lain dan mau untuk bermimpi besar. Buku ini juga mengantarkan kita kepada kesuksesan-kesuksesan yang bersumber dari kepercayaan kita yang besar kepada Allah dan upaya untuk menggapainya. Menjelaskan pula bagaimana berpikir positif dan bagaimana mengatur prioritas. Buku ini dikemas dalam bentuk question and answer. Question-nya ditanyakan oleh para penggemar Wirda dan sebagian dijawab di dalam buku ini. Bahasa yang mudah dimengerti juga menjadi keunggulan buku ini.
4. Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja
Setiap orang pasti pernah merasa tidak baik-baik saja dan perlu penyembuhan diri. Buku ketiga dari seri “Jika Kita Tak Pernah…” oleh Alvi Syahrin ini direkomendasikan untukmu yang ingin merenungkan kembali tentang makna kebahagiaan dan mencintai diri sendiri. Banyak cerita dalam buku ini yang bisa dirasakan sendiri dalam kehidupan. Penulis akan membuka mata pembaca tentang makna-makna dalam kehidupan. Buku karya Alvi Syahrin ini dibagi menjadi empat bagian yang berisi 45 bab. Di setiap bagian terdapat cerita yang tidak hanya sekadar mengingatkan, tetapi juga terasa menghangatkan hati. Setiap bab dibuat secara ringkas, tetapi pesan yang ingin disampaikan mampu diterima dengan baik oleh pembaca. Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja seakan menjadi pengingat bahwa tidak apa-apa untuk merasa sedih dan hampa. Saat membaca buku ini, kamu akan merasa buku ini sebagai seorang teman yang sedang menenangkanmu bahwa hidup memang tidak selamanya baik-baik saja.
5. Kaum Rebahan Beri Perubahan
Buku ini mengantarkan kita kaum millenial untuk dapat memberi arti bagi sekitar. Dalam buku ini juga dijelaskan alasan mengapa kaum milenial harus berubah, kita yang mempunyai tanggung jawab nantinya di akhirat, serta menjelaskan arti kerja keras dan kegigihan yang sesungguhnya. Hal yang menjadi keunggulan buku ini adalah ditulis oleh anak muda yang memang mengetahui dengan betul medan dan mental anak muda zaman sekarang, sehingga lebih relate dengan kondisi anak muda saat ini.
6. I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki
Buku satu ini lagi-lagi merupakan buku terjemahan dari Korea Selatan. Buku yang ditulis oleh Baek Se Hee ini menceritakan tentang perjalanan penulis yang selama sepuluh tahun lamanya mengalami distimia dan gangguan kecemasan. Melalui buku ini, penulis membagikan pengalamannya bahwa ia tidak merasa baik-baik saja sampai membutuhkan bantuan ahli, serta proses yang ia lakukan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki adalah buku yang berisi esai dari penulis tentang kehidupannya secara rinci. Buku ini memiliki dua volume. Pada buku pertama, penulis menceritakan dirinya yang cenderung mengasihani dirinya sendiri. Sedangkan di buku kedua, penulis mencoba untuk lebih menerima keadaannya dan tidak membenci dirinya sendiri. Dalam buku ini, penulis menekankan akan pentingnya untuk tidak membenci diri sendiri. Kamu akan sadar bahwa sedikit lebih mencintai dirimu sendiri itu adalah hal yang sangat berharga.
Reporter: Fitri Nopriani dan Melli Tiani
Sumber gambar: Dok. Pribadi dan Goodreads
Editor: Ikfanny Alfi Muhibbah Shalihah
Tambahkan Komentar