Si Kecil Asak Makna

Pada hari yang cerah terbitlah mentari di sebuah pedesaan nan asri dan sejuk, kala itu terdapat seekor anak kucing yang lahir di sebuah peternakan kecil pedesaan tersebut. Ia adalah kucing yang ceria dan penuh kecerdasan. Bulu hitamnya yang mengkilap selalu menarik perhatian siapa pun yang melihatnya, bersanding dengan corak putih tepat pada kedua lingkaran matanya. Anak kucing itu diberi nama Batcat oleh pemilik peternakan, Koh Bagus.

Batcat adalah anak kucing yang sangat penasaran. Ia sering keluar dari peternakan untuk menjelajahi alam liar di sekitarnya. Ia bermain dengan kupu-kupu, mengejar belalang, dan menyelinap di balik semak-semak, mengikuti domba-domba yang sedang dilepaskan di hamparan halaman, mengincar ikan yang menarik perhatiannya ketika bermain di tepi kolam. Setiap kali ia pergi menyusuri pedesaan, ia selalu membawa hasil buruan yang ia dapatkan sebelum matahari terbenam. Kehidupan Batcat penuh dengan petualangan dan kegembiraan. Maka dari itu pemilik si kecil Batcat, Koh Bagus, sangat menyayangi Batcat karena merasa anak kucing tersebut merupakan salah satu hadiah oleh alam yang diberikan untuknya, untuk menemani kesehariannya di peternakan.

Hari demi hari yang mereka lewati sangat bermakna bagi Koh Bagus. Rutinitas yang dilakukan Batcat tiap harinya tak pernah terlepas dari menemani Koh Bagus di peternakannya, walaupun kadang Koh Bagus merasa jengkel dengan kotoran yang ia dapatkan jika Batcat tidak membuang hajat sesuai tempatnya, tetapi hal tersebut langsung lenyap seketika, di saat kedua matanya tertuju dengan tingkah laku Batcat yang menggemaskan.

Namun, suatu hari, nasib buruk menimpa Batcat. Saat ia sedang mengejar burung yang terbang rendah, Batcat tidak menyadari sebuah mobil truk pembawa sayuran yang melaju menuju arah kota berjalan amat kencang di dekatnya. Batcat pun tidak dapat menghindarinya, seketika Batcat jatuh tersungkur di jalan. Pemilik peternakan, Koh Bagus, mendengar suara kecelakaan itu dan segera berlari ke jalan. Ia menemukan Batcat terluka parah. Dengan berat hati, Koh Bagus  membawa Batcat ke dokter hewan terdekat.

Sesampainya di klinik hewan terdekat pada pedesaan tersebut, Koh Bagus bersimpuh memohon kepada sang dokter hewan agar berusaha menyembuhkan anak kucingnya, Batcat, yang sedang terluka parah. Sang dokter hewan telah melakukan segala yang dia bisa untuk menyelamatkan si kecil Batcat. Namun, cedera dalam tubuh Batcat sangat parah. Setelah beberapa hari berjuang melawan sakit, Batcat menghembuskan napas terakhirnya di pelukan si pemilik hati Batcat, Koh Bagus.

Kehilangan Batcat sangat berat bagi Koh Bagus. Ia merasa kehilangan seorang teman sejati. Ia memiliki begitu banyak kenangan indah dengan kehadiran Batcat. Pemilik peternakan itu menguburkan Batcat di bawah pohon di halaman belakang rumahnya. Ia menanam bunga-bunga di sekitar makam kecil Batcat untuk menghormatinya.

Beberapa minggu setelah kematian Batcat, Koh Bagus masih merasa sedih. Suatu hari, ketika ia sedang duduk di teras rumahnya, ia mendengar suara lemah dari balik semak-semak. Koh Bagus mendekat dan terkejut melihat tiga ekor anak kucing yang tergeletak lemah di sana yang telah dibuang entah oleh siapa. Kucing kecil itu terlihat lapar dan tak berdaya. Tanpa berpikir panjang, Koh Bagus segera mengambil ketiga anak kucing itu dan membawanya ke dalam rumah. Ia memberinya makanan dan minuman serta memberikan perawatan yang lembut. Anak kucing itu segera pulih dan menunjukkan kecerdasannya seperti Batcat.

Koh Bagus merasa bahwa kehadiran ketiga anak kucing itu adalah hadiah dari Batcat yang telah matil. Ia memberi nama kucing itu Gudcat, Gudcatty, dan Gudcaties sebagai penghormatan kepada Batcat yang telah meninggalkan jejak di hatinya. Gudcat, Gudcatty, dan Gudcaties tumbuh menjadi kucing yang cantik dan penuh semangat seperti Batcat. Mereka bermain dengan gembira di peternakan, mengejar burung-burung, dan menikmati keindahan alam sekitar peternakan yang sangat indah bersama pemilik tiga anak kucing kecil, Koh Bagus.

 

Reporter: Zahira Dwi Putri Fitramas Tanjung

Ilustrator: Mufiidah Rizqi Taufiiqo

Editor: Fatin Humairo’

Zahira Dwi Putri Fitramas Tanjung

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.