[Resensi] Sambungkan Sayap Patahku

 

Judul buku  :  Sayap-Sayap Patah

Judul asli    :  The Broken Wings

Penulis        :  Kahlil Gibran

 

Sayap-Sayap Patah adalah salah satu karya fenomenal dari seorang Kahlil Gibran. Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Arab pada 1922. Sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih yang berakhir tragis. Selain elegi cinta yang sangat mengharukan, Gibran juga menyelipkan berbagai masalah yang berkaitan dengan nasib perempuan, penindasan, ketidakadilan, dan korupsi yang terjadi di Lebanon. Ceritanya dapat dikatakan sederhana, tentang kemelut cinta seorang remaja berusia sekitar delapan belas tahun, yakni Kahlil Gibran sendiri.

Suatu hari Gibran pergi mengunjungi rumah Farris Effandi. Hingga akhirnya Gibran berkenalan dengan putri Farris Effandi yang cantik, Selma Karamy. Perkenalan itu mulanya terasa sederhana dan manis, hari demi hari jadi seperti bertebar bunga dan beberapa wewangian. Hingga suatu malam ketika Gibran diundang untuk makan malam, mereka berdua saling menyatakan cinta.

Namun seketika seorang utusan Uskup menjemput Farris Effandi yang harus menerima kenyataan bahwa putri semata wayangnya harus menikah dengan Mansour Bey, keponakan dari seorang pendeta yang memiliki pengaruh besar di tempat tinggalnya. Sejak pemaksaan nikah terjadi, hidup Selma dan Gibran secara runtun dilukiskan begitu kelabu dan sayap-sayap mereka memang patah dan luruh.

Mereka pun menikah, tetapi tidak ada cinta diantaranya. Bahkan Mansour mengharapkan kematian ayah Selma agar dapat mewarisi hartanya. Sesudah menikah, Selma beberapa kali masih berusaha untuk mengadakan pertemuan rahasia dengan mantan kekasihnya –Gibran- di sebuah kuil.

Sementara setiap hari Mansour selalu menanyakan kapan Selma dapat memberinya keturunan meskipun dia sendiri selalu sibuk dengan wanita-wanita yang menjual tubuhnya hanya untuk sepotong roti. Doa yang tak pernah putus selalu memberikan berita yang baik. Akhirnya Selma bisa hamil lalu melahirkan. Sang suami ketika diberitahu bahwa istrinya telah melahirkan, dia malah berpesta pora. Padahal ketika melahirkan dia harus berjuang antara hidup dan mati. Bayi ditakdirkan hidup sebentar saja. Sesudah saat pertama membuka mata, meninggallah dia disusul Selma tak lama setelah kematian bayinya. Mereka diletakkan dalam satu peti mati lalu dikuburkan.

Peran Gibran di sini memanglah berperan duka. Dia melukiskan kisah cintanya sendiri yang pahit, belum sempat berkembang sudah harus didera oleh kenyataan-kenyataan yang terasa memedihkan.

Ceritanya sangat mengharukan sehingga membuat pembaca larut dalam kisah cintanya. Ditulis dengan kata-kata penuh makna sehingga setiap pembaca harus mampu menguraikan makna dari tiap kata yang ditulis.

Kekurangannya buku ini tidak dapat dibaca oleh semua kalangan terutama anak di bawah umur. Tidak terlalu banyak amanat yang dapat kita petik karena buku hanya menceritakan tentang kisah cinta sang penulis dan sedikit cengeng.

Buku ini lebih baik dibaca oleh orang dewasa atau kalangan remaja. Cerita tentang sepasang kekasih yang penuh dengan gelora cinta, kasih sayang, pengorbanan, dan kesengsaraan serta duka nestapa, bahkan diakhiri secara tragis dengan kematian Selma, gadis yang sangat dicintai tokoh utama sekaligus narator dalam cerita ini. Di sinilah sebuah kata yang bermakna agung terlahir dan tepat di situ pula dikuburkan. CINTA!

 

Alya Putri M

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.