Berdirilah Kami, Jiwa-Jiwa yang Merahmati Pendidikan

Ibunda, 

sepatah kalimat runcingmu terbesit membelah pikiranku,

ketika kutemukan jiwaku di antara mereka, lautan orang-orang yang bijaksana.

 

Ibunda, di tengah riuh rendah para manusia,

otak sibukku menangkap sebuah serpih akan memori yang hampir lepas.

Bagaimana kala itu, ketika kepalaku masih sebesar bola kasti,

bibirmu mengucap sebuah makna,

bahwa tiada jiwa di alam semesta,

jauh berharga dari mereka yang pontang-panting merengkuh ilmu.

 

Ibunda, terkadang akal kecilku tak memahami,

ucapan besarmu yang selalu mengagungkan sekolah.

Bagaimana sepatah kata itu hadirnya selalu pasti,

dalam setiap doamu, dalam setiap fatwamu.

Bahwa kamilah orang yang paling didamba sebuah negara,

bahwa kamilah bangsa mulia yang memegang kuasa,

bahwa tanpa kami, tanpa mereka, dunia tak akan menyala seterang surga.

 

Tetapi Ibunda, sekarang aku menyadari,

juga sekarang akalku ikut mendamba,

memandang dahsyatnya tukar ide yang tercipta, lihai ilmu yang mengudara,

dan bagaimana mereka begitu berbakti, begitu tulus,

kepada dirinya, sang nenek moyang bernama pendidikan.

 

Ibunda, tubuh-tubuh yang telah kau beri arah dan telah penuh penat kau asah,

telah berdiri tegak menjadi bekal penunjang bagi Sang Garuda.

Membebaskan suara, memelihara mahardika, 

juga menjadi wakil bagi mereka yang tak pantas terpenjara.

 

Ibunda, kepadamu, kasihku selamanya kuperuntukkan,

atas lahirnya diriku, juga jutaan jiwa luhur,

yang merahmati masyhurnya pendidikan.

***

Reporter: Naura Ainnur

Editor: Nabila Farasayu Pamuji

Fotografer: Kayla Taqiya

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.