Sahur menjadi momen penting bagi mahasiswa selama Ramadan, baik untuk yang merantau maupun yang tinggal bersama keluarga. Bagi mahasiswa perantauan, sahur menjadi tantangan tersendiri karena dengan jadwal kuliah yang padat mahasiswa perlu mengatur waktu dan keuangan secara bijak. Sementara itu, bagi mahasiswa yang tinggal di rumah, sahur bisa menjadi lebih nyaman, tetapi tetap membutuhkan usaha agar tidak mudah bosan dengan menu yang itu-itu saja. Setiap mahasiswa punya cara berbeda dalam memilih pilihan sahur, menariknya setiap pilihan punya tantangan tersendiri. Jadi, mana yang paling cocok? Yuk, kita simak pengalaman beberapa mahasiswa di IPB University dalam memilih opsi sahurnya!
Sahur dengan Katering
Bagi mahasiswa yang tidak mau ribet bangun lebih awal untuk memasak atau antre untuk bergantian memasak di dapur kos, katering bisa menjadi pilihan terbaik. Salah satu mahasiswa yang memilih opsi ini adalah Dhimalika Fauziyyah, mahasiswa Teknologi Pangan IPB University angkatan 59.
“Katering itu lebih praktis, menu makanan secara general lebih sehat, hemat waktu, dan hemat tenaga. Aku nggak perlu repot masak dan masih bisa istirahat lebih lama lagi. Meskipun sedikit lebih mahal dibandingkan dengan memasak, tapi benefitnya tetap berkali-kali lipat. Apalagi, menu katering juga beragam jadi nggak khawatir bosan atau bingung mau makan apa,” ujarnya.
Dalam memilih layanan katering, Dhimalika biasanya mencari rekomendasi dari grup WhatsApp atau melalui media sosial seperti platform X (Twitter) dengan mempertimbangkan harga dan jadwal menu yang sesuai. Selain harga, ia juga mempertimbangkan variasi menu. “Aku lebih suka menu yang unik dan susah dimasak sendiri, biar nggak bosan. Jadi dengan adanya variasi menu aku lebih termotivasi untuk sahur dengan lebih semangat,” tambahnya.
Masak Sendiri
Bagi mahasiswa yang tinggal bersama keluarga, masak sendiri menjadi pilihan yang tepat untuk menyiapkan makan sahur. Selain bebas menentukan menu, memasak sendiri juga dinilai lebih hemat. Hal ini dilakukan oleh Naraya Farel Maulibi, mahasiswa Teknologi dan Manajemen Ternak angkatan 61, yang memilih memasak sendiri untuk makan sahur.
“Soalnya kalo masak sendiri tuh lebih bebas kan kita mau makan apa, beda sama katering yang udah dipaketin gitu setiap menu nya terus lebih menghemat juga,” ungkap Naraya. “Yang biasanya dimasak itu lebih ke sayur-sayuran, kaya sayur bayam, kangkung, dan waluh. Pokoknya setiap sahur tuh pasti masak sayur soalnya biar gak cepet haus sama ke perut tuh adem aja kalo menurut aku,” tambahnya.
Untuk mengatur waktu memasak dan istirahat, Naraya memilih tidur cukup dan tidak begadang. Ia biasanya tidur jam sepuluh dan bangun jam tiga pagi agar bisa memasak dengan santai. Baginya, waktu sahur yang ideal adalah sekitar jam empat kurang. “Kalo menurut aku waktu yang pas itu sekitar jam 4 kurang, soalnya gak terlalu kepagian gak terlalu mepet sama imsak juga,” ucapnya.
Sahur Gratis di Masjid
Salah satu opsi mahasiswa yang khususnya tinggal di asrama putra, dalam menyiapkan santapan sahur adalah dengan datang ke Masjid Al-Hurriyah. Masjid Al-Hurriyah memiliki program sahur bersama yang bisa dinikmati oleh semua orang. Salah satu orang yang menikmati program ini adalah Muhammad Hamdan Ghifari, mahasiswa Biologi IPB University angkatan 61 yang kini tinggal di Asrama Putra C3.
Alasan Hamdan memilih sahur di Masjid Al-Hurriyah adalah karena menurutnya dengan adanya program sahur bersama dapat menghemat biaya makan sehari hari. Kupon gratis ini juga mudah didapatkan, “Cara yang saya lakukan agar kebagian kupon gratis, saya mengikuti shalat isya sekaligus shalat tarawih di masjid alhur, sebagaimana salah satu persyaratan untuk mendapatkan kupon sahur gratis di masjid alhur,” katanya.
Menu yang disajikan di Masjid Al-Hurriyah juga bervariasi, mulai dari protein seperti telur, sayur, nasi, dan hal-hal lain seperti daging. Selama sahur di Masjid Al-Hurriyah, Hamdan tidak pernah sekalipun kehabisan kupon gratis. “Selama ini saya belum pernah kehabisan kupon sahur gratis, bagi yang belum mendapatkan kupon mereka bisa mendapatkannya dengan cara follow akun Instagram Masjid Al Hurriyyah, dan Instagram marbot Al Hurriyyah. Tapi saya pribadi jika kehabisan kupon atau bahkan bangun terlambat, saya lebih memilih makan roti untuk mengganjal lapar,” ujarnya.
Begitulah pilihan-pilihan sahur mahasiswa IPB University. Ada yang mengutamakan kepraktisan katering, ada yang lebih memilih untuk memasak agar lebih hemat, dan ada pula yang berburu sahur gratis di masjid Al-Hurriyah. Bagaimana pun pilihannya, mereka tetap bisa menjalani sahur dengan nyaman dan mendapatkan energi yang cukup untuk menjalani puasa. Nah, kalau kamu sendiri lebih pilih yang mana nih?
***
Reporter: Neng Apap Apiani, Jimmy Syahran, Claranita Rossi
Editor: Nabila Farasayu Pamuji
Fotografer: Alia Shidqianis, Mahesa Juli Aksyah
Tambahkan Komentar