Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta IPB University yang diketuai oleh Feizya Hilyata Musaddiq sukses menciptakan terobosan baru dengan potensi yang besar. Melalui tahapan riset yang dimulai sejak bulan Juli – Oktober, tim ini sukses membawa pulang medali perak pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) bidang poster. Dengan beranggotakan Unsa Kamila Sholiha, M. Luthfi Khairy, Azalia Noor Kamila, dan Oka Hasanah Agustiani di bawah dampingan Prof. Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe M.Si., tim ini berhasil menciptakan suatu inovasi berupa kertas pembungkus makanan dengan berbagai kelebihan. Hasil riset ini adalah biodegradable ant repellent food wrapping paper berbahan dasar kombinasi limbah jintan hitam dan pelepah pisang sebagai pembungkus makanan. Sesuai namanya, kertas pembungkus makanan ini terbuat dari bahan dasar yang mudah terurai, aman untuk lingkungan, dan mampu mengusir semut.
Pembuatan kertas ini dimulai dengan identifikasi masalah yang kerap dijumpai oleh konsumen makanan. Menurut Unsa Kamila Sholiha yang merupakan salah satu anggota tim ini, mengatakan bahwa awalnya mereka memposisikan diri mereka sebagai konsumen.
“Aku tuh kadang merasa terganggu akan adanya semut gitu. Kadang makanan tuh suka dikerubungi semut meskipun sudah ditutup. Nah terus kita akhirnya coba cari gimana caranya agar makanan yang dibungkus itu bisa lebih terhindar dari semut,” tutur Unsa.
Latar belakang riset mereka tersebut mengarahkan mereka ke tahap selanjutnya, yakni penentuan bahan. Bahan yang digunakan dalam produk pembungkus makanan ini salah satunya adalah pelepah pisang.
Unsa menjelaskan, “Pelepah pisang digunakan sebagai bahan baku karena dari karakteristiknya itu sangat mumpuni untuk dibuat jadi kertas. Pelepah pisang itu sudah umum digunakan di banyak penelitian kertas biodegradable sebelumnya karena mengandung selulosa tinggi, bahkan mencapai 80%. Terus untuk kesediaannya juga banyak ya di Indonesia, sehingga potensinya tinggi.”
Selain pelepah pisang, bahan utama yang berperan besar sebagai pengusir semut ini adalah limbah jintan hitam. Limbah yang digunakan adalah limbah hasil ekstraksi minyak jintan hitam yang disebut dengan bungkil yang jarang dimanfaatkan untuk hal lain.
“Menurut jurnal lain, kandungan di bungkil ini bisa untuk menghalau serangga, tapi yang jenisnya nyamuk. Untuk itu kita ingin coba untuk ke jenis serangga lain yakni semut dan ternyata hasilnya positif sehingga ternyata bungkil ini bisa menghalau semut,” ucap Unsa.
Setelah mengidentifikasi keunggulan dari masing-masing bahan, kemudian dilakukanlah tahap riset dan produksi yang mampu menggabungkan kedua keunggulan dari bahan-bahan ini. Hasil riset terhadap kedua bahan baku inilah yang menjadi kunci bagi perjalanan tim PKM-RE ini menuju lahirnya inovasi yang gemilang.
Tahap pembuatan kertas ini tidak selalu berjalan dengan baik. Terdapat serangkaian trial and error yang harus dilewati hingga akhirnya berhasil membuat kertas dengan kualitas yang diinginkan.
“Waktu ekstraksi itu pelarutnya diubah, yang awalnya mau jadi heksan lalu diubah jadi isopropanol gitu itu karena ada trial and error seperti penentuan jenis baru. Setelah itu pembuatan kertasnya harus diperhatikan komposisinya bagaimana, acuannya gimana, sehingga kami beberapa kali melakukan reformulasi hingga hasilnya bagus,” ucap Unsa.
Selain proses produksi, penggunaan bahan juga harus diperhatikan dengan baik karena riset ini berkaitan dengan proses konsumsi. Menurut pernyataan dari Unsa, bahan yang digunakan haruslah dicek sertifikasinya terlebih dahulu.
“Jadi ga semua toko kimia itu menyediakan bahan-bahan food grade, sementara bahannya ini harus diperhatikan sertifikasi food grade-nya sehingga terkadang menjadi kendala juga,” tutur Unsa.
Selain dari segi bahan baku, Unsa juga mengatakan bahwa ada faktor-faktor lain dalam segi sumber daya manusia dan proses produksi, seperti kesibukan anggota tim dan manajemen waktu yang menjadi rintangan dalam rangkaian proses riset ini. Namun, meski dihadapi oleh berbagai rintangan yang mampu menghambat riset mereka, tim PKM-RE ini sukses mengeksekusi semuanya dengan baik sehingga tercipta produk yang diinginkan dengan kualitas yang diekspektasikan.
Inovasi kertas pembungkus makanan ini memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Menurut M. Luthfi Khairy, anggota lain dari tim ini, ia berharap bahwa nantinya hasil riset ini tidak hanya sebatas untuk memenangkan kompetisi, tetapi potensinya bisa terus dikembangkan bahkan dikomersilkan di pasaran. Hal ini disampaikan oleh Luthfi ketika ditanya perihal tindak lanjut dari hasil riset ini. Luthfi dan rekan-rekan timnya berharap, kedepannya hasil riset ini dapat terus dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama UMKM.
“Harapan kami kedepannya semoga komersialisasi kertas ini dapat terealisasi. Untuk itu, kami melangkah lagi dengan mencoba memperjuangkan kertas ini di PKM bidang Kewirausahaan pada tahun ini. Semoga dengan ini, nantinya selain berhasil lolos dan meraih kembali medali di PIMNAS, semoga upaya komersialisasi kita dapat terealisasi sehingga dapat digunakan oleh berbagai UMKM dan masyarakat,” tutup Luthfi.
***
Reporter: Haidar Ramdhani
Editor: Rosita
Tambahkan Komentar