
Bertepatan dengan berakhirnya masa kampanye calon presiden (capres) Republik Indonesia (RI), ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) menyelenggarakan aksi nasional dengan tajuk “Indonesianya Rakyat” (13/04).
Berdasarkan keterangan dari koordinator lapangan aksi, Muhammad Abdul Basit (Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta), long march aksi berangkat dari Halte Polda Metro Jaya Jakarta Pusat dan berhenti di Hotel Sultan Jakarta, lokasi berlangsungnya debat capres-cawapres RI. Aksi nasional dimulai pada pukul 16.15 WIB dan diakhiri dengan penyataan sikap terkait pelaksanaan aksi pada 18.47 WIB oleh Koordinator Pusat BEM SI, Muhammad Nurdiyansyah.
“Kami Aliansi BEM SI merasa dikecewakan oleh capres dan cawapres. Mereka tidak berani mendatangi kita, kami menunggu keberanian dan komitmen sikap capres dan cawapres untuk menandatangani naskah Indonesianya Rakyat,”ujar Nurdiansyah dalam orasi terakhirnya.
Terdapat lima poin tuntutan yang diajukan oleh BEM SI dalam “Naskah Indonesianya Rakyat”. Pertama, mendesak presiden terpilih untuk menyelesaikan kasus penyerangan Novel Baswedan dalam seratus hari kerja.
Kedua, mendesak presiden terpilih untuk mendorong terselenggaranya pengadilan HAM sebagai upaya menyelesaikan kasus HAM berat masa lalu sesuai UU No. 26 tahun 2000 dalam dua tahun masa kerja.
Ketiga, mendesak presiden terpilih untuk memperkuat ekonomi rakyat dengan menurunkan angka kemiskinan di bawah 5.7 % dari jumlah penduduk selama 5 tahun masa jabatan.
Keempat, mendesak presiden terpilih untuk menjamin kesejahteraan petani dan nelayan, serta menyelesaikan segala bentuk konflik agraria.
Terakhir, mendesak presiden terpillih untuk menjamin kesejahteraan guru dengan memisahkan tunjangan dan gaji pendidik dari anggaran 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pendidikan, serta mengecam segala bentuk liberalisasi pendidikan tinggi.
Dalam aksi tersebut, pihak mahasiswa juga mengultimatum para penyelenggara pemilu, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menjaga kondusifitas selama pelaksanaan pemilihan umum berlangsung. Aksi dinyatakan selesai setelah digemakan sumpah mahasiswa dan menyanyikan lagu Darah Juang.
Tia Nurdianty Ameylia
Editor: Karina Rahmi Maulidya
Tambahkan Komentar