Kamis (30/1) Aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) serukan aksi di Istana Bogor dalam rangka mengevaluasi 100 hari kerja pemerintahan Prabowo-Gibran. Massa aksi bergerak sekitar pukul 14.30 WIB menuju lokasi dan langsung dihadang dengan kawat berduri oleh polisi setempat di Jalan Jenderal Sudirman, sekitar 2 kilometer dari Istana Bogor.
Ratusan massa yang hadir merupakan perwakilan mahasiswa dari beberapa kampus di dalam dan luar Jabodetabek, seperti Universitas Negeri Jakarta, STAI Al-Hidayah Bogor, Institut Tazkia, STEI SEBI, Universitas Banten, Universitas Mataram, dan masih banyak lagi. Adapun mahasiswa IPB University cukup mendominasi dengan jumlah massa sekitar 80–90 orang, yang dipimpin langsung oleh Presiden Mahasiswa, Muhammad Afif Fahreza atau yang akrab dipanggil Kokoh.
Kokoh menyatakan bahwa tujuan utama BEM KM IPB mengawal aksi ini adalah untuk menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas amanat Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam harus dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Ia menyoroti saat ini banyak sekali hal yang bertentangan dengan undang-undang tersebut.

Setiap fakultas membawa tuntutan berdasarkan bidang keilmuannya masing-masing yang dikumpulkan dalam bentuk kajian strategis. Sebagian besar mengevaluasi program Makan Bergizi Gratis, mulai dari ketidakberpihakan pemerintah terhadap petani dan peternak lokal karena mengandalkan impor, potensi food waste, hingga transparansi dana dan standardisasi program. Selain itu, beberapa isu yang diangkat meliputi isu pagar laut dan eksploitasi laut, deforestasi, pertumbuhan ekonomi 8% yang tidak sesuai janji, mafia lahan, revisi UU Polri, keamanan data nasional, dan isu-isu lainnya.
Di tengah aksi, Kokoh kemudian mengungkapkan kekecewaannya terhadap polisi yang menghadang langkah mahasiswa. “Sangat kecewa ditahan sebelum sampai ke Istana Bogor karena hal-hal yang kita sampaikan bukan merupakan hal yang radikal. Ini menjadi gambaran bahwa kemanusiaan telah dibatasi hari ini. Siapa yang sebetulnya didukung oleh Polri?” ujarnya saat diwawancarai.
Ajay Permana, Wakil Presiden Mahasiswa Institut Tazkia sekaligus perwakilan BEM SI turut menyampaikan urgensi aksi ini, “Alasan BEM SI melaksanakan aksi ini adalah sebagai pemantik. Kita melihat terdapat banyak kekeliruan dalam kinerja sistem pemerintahan Prabowo-Gibran. Maka dari itu, pentingnya diadakan evaluasi agar kebijakan ke depan lebih baik bagi masyarakat Indonesia.”

Sejak dimulai, massa aksi tak henti-hentinya menyampaikan orasi, namun tidak kunjung mendapat respons dari pihak kepolisian maupun Istana. Hingga pukul 16.37 WIB, massa mulai menerobos barikade polisi yang berujung pada bentrokan. Pada pukul 17.07 WIB, beberapa perwakilan mahasiswa melakukan diskusi dengan koordinator lapangan kepolisian.
Hasil diskusi menyepakati akan diadakan pertemuan lanjutan dengan 15 perwakilan mahasiswa untuk membahas tuntutan aksi ini di Kantor Polresta Bogor Kota. Pihak kepolisian menjanjikan pertemuan akan diadakan H+1 aksi, yaitu Jumat (31/1), yang akhirnya diketahui batal direalisasikan.
Karena aksi telah berlangsung lebih dari 4 jam dan tuntutan yang dibawa mahasiswa tidak juga diterima, Herianto, Koordinator Pusat BEM SI memberikan komando massa aksi untuk mundur pukul 17.30 WIB. “Karena tidak ada itikad baik dari pihak Istana maupun kepolisian, maka kita yakin akan bersuara di media-media,” tuturnya.
***
Reporter: Diana Rahmawati Pinandita, Syifa Shabreena
Editor: Fairuz Zain
Fotografer: Bagus Apriano Nur Sukma
Tambahkan Komentar