Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University resmi berubah menjadi Sekolah Teknik (School of Engineering) pada tahun 2025. Perubahan ini diambil sebagai langkah untuk memperkuat rekayasa proses dan teknologi di bidang pertanian. Dekan Sekolah Teknik, Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr., menegaskan bahwa perubahan ini bukanlah pemisahan, melainkan bentuk pengembangan institusi untuk beradaptasi dengan tantangan zaman. “Fateta baik-baik saja, prestasinya juga luar biasa. Perubahan ini adalah bentuk berkembangnya Fateta, bukan pemisahan,” ujar Slamet.
Pembentukan School of Engineering didorong oleh kebutuhan efisiensi, sinergi, dan penguatan akademik. Hal ini mengingat program studi yang ada di Fateta telah berbasis teknik. Dengan adanya School of Engineering, Slamet optimis kolaborasi lintas bidang akan semakin erat tanpa menghilangkan identitas pertanian. “Kita tetap fokus ke pertanian. Identitas itu tidak hilang, malah diperkuat lewat teknik,” tambahnya.

Menurut Slamet, pembentukan School of Engineering sejalan dengan visi IPB University sebagai universitas berbasis pertanian. Ia menepis adanya kekhawatiran berbagai pihak yang menilai langkah ini menjauhkan IPB University dari fokus pertanian. “Kami ingin perubahan ini dipahami bukan sebagai meninggalkan pertanian, tetapi penguatan pertanian melalui teknik,” tegasnya.
Perubahan ini juga membawa sejumlah manfaat, seperti efisiensi dana, peningkatan kapasitas laboratorium komputer dari 40 menjadi 110 unit, serta pengembangan ruang bersama dan student center. Keberadaan School of Engineering ini diharapkan dapat menghapus kesenjangan antar program studi dan mempercepat pengembangan fasilitas pendukung. Slamet menekankan bahwa fokus utama pengembangan adalah fasilitas penunjang pembelajaran, bukan kemewahan gedung. “Kami lebih memilih anggaran digunakan untuk membeli alat laboratorium daripada menyulap ruang dengan biaya besar,” jelasnya.
Slamet mengatakan bahwa pada 2025 School of Engineering sudah berdiri kokoh dengan fasilitas memadai dan program studi yang terakreditasi unggul. “Perubahan adalah keniscayaan. Kalau tidak mau turbulensi, ya tidur saja di rumah. Tapi kita harus berani berubah demi kemajuan,” ungkapnya.

Pihak Sekolah Teknik telah gencar mensosialisasikan transformasi secara informal, baik kepada mahasiswa maupun calon mahasiswa. Selain itu, teknik kimia dan teknik mesin sebagai program studi baru turut dipromosikan dan dipersiapkan untuk menerima mahasiswa baru melalui seleksi jalur mandiri tahun ini. Slamet mengaku tantangan terberat dalam sosialisasi bukan berasal dari pihak internal, melainkan alumni senior. Adapun, pihaknya terbuka dan siap berdiskusi bila ada perbedaan pendapat.
Akreditasi ulang untuk dua program studi baru -teknik kimia dan teknik mesin- menjadi target yang ingin dicapai Sekolah Teknik dalam 1–2 tahun ke depan. Tidak hanya itu, pihak Sekolah Teknik turut menargetkan pengembangan dan penguatan fasilitas, meskipun terdapat penghematan karena BPIF (Biaya Pengembangan Institusi dan Fasilitas IPB) dipotong 50%. Laboratorium menjadi prioritas dalam target tersebut. “Kami ingin tempat yang layak, meski tidak mewah, tapi fungsional. Bagi kami yang penting ada colokan, Wi-Fi, dan fasilitas dasar,” tutur Slamet
Slamet sebagai pimpinan berharap agar Sekolah Teknik dapat melahirkan berbagai program studi baru yang dibutuhkan pasar dalam dua atau empat tahun ke depan. Ia juga menegaskan bahwa transformasi dan pengembangan Fateta menjadi Sekolah Teknik merupakan amanah akademik IPB University. “Amanah itu sedang kami wujudkan. Untuk efisiensi dan kelincahan, makanya kita satukan semua di bawah satu rumah,” tandas dekan Sekolah Teknik tersebut sebagai penutup.
***
Reporter: Annastasha Diandra, Bagus Apriano, Helga Elvaretta, Silma Azizah
Editor: Diana Rahmawati
Fotografer: Elvin Ramadhani
Tambahkan Komentar