Sejumlah titik parkir sepeda motor di kampus IPB University seperti Green Campus, Agrimart II, LSI, Sekolah Teknik, dan Teaching Lab kerap terlihat semrawut. Motor parkir tak beraturan, menyulitkan akses keluar-masuk, dan menimbulkan keluhan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apakah mahasiswa yang tak tertib, atau fasilitas kampus yang kurang memadai?
Menurut Rudi, Asisten Direktur Pengelolaan Transportasi dan Pengamanan IPB University, masalah ini sebenarnya sudah dipetakan. Pihak DUI rutin melakukan pengecatan garis parkir sebagai panduan agar kendaraan terparkir rapi. Namun, cuaca menjadi tantangan utama. “Kami selalu lakukan pengecatan marka, tapi akhir-akhir ini hujan terus. Tim tidak bisa kerja saat hari aktif karena padat, jadi dilakukan saat Sabtu. Cuaca sangat mempengaruhi keawetan cat. Sudah pakai cat kualitas outdoor terbaik pun tetap cepat hilang karena hujan deras,” ungkap Rudi saat diwawancarai pada Jumat, 23 Mei 2025.
Pengecatan ulang pun dilakukan berkala sesuai pantauan di lapangan. Jika ada area yang mulai pudar, tim akan bergerak melakukan perawatan. Namun, keterbatasan personel dan banyaknya titik menjadi kendala tersendiri. Ia pun membuka peluang aduan dari mahasiswa melalui Help Center atau bahkan hotline WhatsApp yang sedang direncanakan. Rudi mengatakan, “Jika ada keluhan, sementara ini silakan melakukan pelaporan terpusat ke Help Center IPB. Kami juga sedang merencanakan pembentukan hotline pengaduan transportasi, agar DUI bisa merespons dengan lebih cepat. Semoga bisa segera direalisasikan.”

Tak hanya persoalan teknis, penataan parkir juga dihadapkan pada dilema fungsi lahan. Beberapa area yang awalnya bukan kantong parkir, kini terpaksa digunakan karena tingginya volume kendaraan. “Seperti di depan FEMA, itu sebenarnya untuk Kantin Plasma. Tapi karena penuh, ya kami coba atur. Dilema memang, kalau kami beri garis, berarti kami melegalkan. Tapi kalau tidak, mahasiswa tetap parkir sembarangan,” ujarnya.
Data terakhir mencatat, ada lebih dari 15.000 kendaraan bermotor yang masuk kampus setiap harinya. Angka ini jelas melampaui kapasitas ideal kantong parkir yang ada saat ini. Rudi pun mengakui bahwa lahan parkir di IPB memang sudah tidak mencukupi. “Memang kurang. Harapannya ke depan bisa dibangun parkiran bertingkat, baik untuk mobil maupun motor, dengan area yang ternaungi. Ini juga mendukung semangat Green Campus dan mengurangi emisi,” jelasnya.
Terkait kedisiplinan mahasiswa, Rudi menilai sebagian besar sudah mulai tertib. Namun masih ada yang melanggar, misalnya parkir sembarangan, mengunci stang di jalur keluar, atau datang terlambat lalu memarkir asal-asalan. “Buat teman-teman mahasiswa yang terburu-buru, terlambat lalu terpaksa parkir paralel, mohon kesadarannya untuk tidak mengunci stang, ya. Jika teman-teman ada yang mengalami kendala terhalang motor seperti itu, jangan ragu untuk meminta bantuan kepada petugas yang ada di sekitar area parkir ya,” imbuh Rudi.

Dalam rangka meningkatkan ketertiban di kampus, Rudi menyatakan bahwa pihak DUI selalu berusaha mengedukasi pengendara dengan berbagai cara. “Kami coba edukasi terus. Salah satunya lewat video pendek tentang etika parkir dan kewajiban memakai helm. Nanti kami sebar melalui media sosial kampus,” ujarnya.
Sebagai bentuk penegakan aturan, pihak kampus juga tak segan memberikan sanksi. Mulai dari teguran hingga penggembosan ban bagi kendaraan yang parkir tidak sesuai aturan. “Bukan bermaksud kejam, tapi ini untuk memberi efek jera. Kalau tidak ada kesadaran bersama, akan terus timbul masalah baru,” pungkasnya.
Upaya persuasif juga dilakukan terhadap mitra pengemudi ojek yang sering mengantar mahasiswa ke kampus. Ia menekankan pentingnya kerja sama antar pihak demi kenyamanan bersama. Dengan sinergi antara pihak kampus, mahasiswa, dan pengguna fasilitas lain, diharapkan parkir di IPB bisa lebih tertib dan nyaman. Karena tertib bukan hanya soal garis, tapi juga soal kesadaran.
***
Reporter: Neng Apap, Syarifah Nabila, Yusuful Azzi
Editor: Diana Rahmawati
Fotografer: Fauzan Zubaedi
Tambahkan Komentar