CREBs: West Nile, Gejala Mirip Dengue Dideteksi di Indonesia

Wawancara bersama Dr. Ir. I Made Artika M.App.Sc
Wawancara bersama Dr. Ir. I Made Artika M. App.Sc (foto: CREBs)

Beberapa peneliti dari berbagai instansi termasuk Kepala Departemen Biokimia IPB, Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc., telah melaporkan keberadaan Virus West Nile (WNV) di Indonesia saat tahun lalu. Virus West Nile dapat menyebabkan ensefalitis, penyakit dengan gejala demam tinggi, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran karena infeksi akut pada parenkim otak.

“Penyakit ini cukup berbahaya karena bisa menyebabkan kematian,” jelas Kepala Departemen Biokimia tersebut.

Berdasarkan laporan mereka dalam The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, sampel diperoleh dari pasien suspek hantavirus dari dua rumah sakit di Bandung (Indonesia) selama 2004-2005. Pasien tersebut memiliki gejala demam dengan etiologi (cabang ilmu kedokteran tentang sebab dan asal penyakit) yang tidak diketahui seperti perdarahan, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, dan edema paru non-kardiogenik.

Tim peneliti melakukan RT-PCR dan ELISA terhadap sampel. Teknik analisis biomolekular ini diujikan terhadap hantavirus dan dengue yang awalnya diduga sebagai virus penyebab gejala tersebut. Sebanyak 157 dari 249 sampel yang diuji menunjukkan hasil negatif terhadap kedua virus tersebut. Tes lebih spesifik selanjutnya menghasilkan temuan 99% kesamaan antara sampel yang diuji dengan WNV lineage 2 yang diisolasi dari Uganda.

Virus West Nile lineage 2 berasal dari arbovirus famili Flaviviridae dengan vektor nyamuk yang telah dilaporkan sebagai outbreak (kejadian luar biasa) di Eropa belakangan ini.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat 20% orang yang terinfeksi akan mengidap demam West Nile yang kemudian bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih parah dengan kurang dari 1% mengalami meningitis atau ensefalitis. Melalui hasil penelitian ini, pengidap demam West Nile dapat diketahui dan diberi perlakuan yang tepat supaya dapat disembuhkan.

Jika dilihat dari sampel, pengidap West Nile sudah ada sejak sekitar 10 tahun yang lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa virus ini bisa saja sudah beredar di Indonesia. Pak Made mengatakan bahwa mereka berencana menguji keberadaan virus ini di Lombok, Sumba, Banjarmasin, Purwokerto, dan beberapa daerah lain.

Stefi M Wahyuningsih

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.