Himasiter : Latih Atasi Paceklik Pakan dengan Pengawetan Hijauan

Musim kemarau di Indonesia sering kali menjadi kendala bagi peternak dalam menyediakan hijauan pakan. Padahal hijauan pakan ternak masih menjadi faktor utama yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan ternak ruminansia. Salah satu alternatif untuk mengatasinya dengan melakukan pengawetan hijauan pakan. Berlokasi di pelataran LK Fapet, Minggu (19/04), klub agrostologi yang dinaungi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) lakukan  pelatihan pengawetan hijauan pakan ternak.

“Beberapa proses yang umum dilakukan adalah membuat hay, silase, dan amoniasi sebagai cara sederhana yang digunakan untuk mengawetkan hijauan pakan pada ternak,” jelas Rifki Putra Adimulia sebagai pemateri pelatihan.

Sumber : Dok. Infokom Himasiter (Pemberian materi inti pengawetan pakan)
Sumber : Dok. Infokom Himasiter (Pemberian materi inti pengawetan pakan)

Saat pembuatan hay, digunakan hijauan rumput berjenis Brachiaria humidicola yang dikurangi kadar airnya hingga 12-20% dari kondisi segarnya. Namun pada beberapa jenis hay (red-hijauan kering) lain seperti jerami padi masih memiliki kandungan protein yang rendah. Oleh karena itu, proses amoniasi dengan menambahkan bahan urea sering digunakan pada hijauan yang rendah protein. Penambahan bahan urea tersebut selain mengawetkan juga bermanfaat untuk meningkatkan kandungan protein kasar dan kecernaan ketika dikonsumsi ternak ruminansia.

Sumber : Dok.Infokom Himasiter (Persiapan Pembuatan Silase)
Sumber : Dok.Infokom Himasiter (Persiapan Pembuatan Silase)

Alternatif pengawetan pakan lainnya dengan membuat silase. Silase dibuat dari hijauan rumput atau limbah pertanian lainnya yang ditambahkan sedikit bahan lain seperti jagung, molases, dedak, ragi, cuka, dsb. Melalui pengondisian silo atau wadah hijauan yang rapat tanpa udara selama kurang lebih 21 hari, bahan tambahan tersebut mampu memicu perkembangan fermentasi bakteri asam laktat secara anaerob (red– tanpa oksigen). Di dalam silo, bakteri anaerob mendapat energi untuk hidup dan berkembang dari glukosa yang terkandung dalam bahan tambahan. Agar dapat diketahui karakteristik khususnya, setiap awetan dianalisis aroma, warna, tekstur, hingga rasa awetannya.

“Saya baru mengetahui cara pembuatan hay dan silase yang sebenarnya, sebelumnya saya hanya tahu sebatas materi kuliah saja. Semoga nanti ketika kembali ke Unand, saya bisa menerapkannya,” ujar Ivan Arifanda, Mahasiswa Pertukaran asal Fakultas Peternakan, Universitas Negeri Andalas.

Rona Fauzan Noer

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

1 Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  • kegiatan ini memberi pengalaman yang luar biasa bagi saya. Saya bisa terjun langsung membuat hay dan silase bukan hanya dari teori kuliah saja. Dan semoga untuk peserta lain juga demikian