Reny Smart: Aplikasi Pintar Pengukur Kebutuhan Nitrogen pada Padi Karya Tim PKM KI IPB University

Tim PKM Karya Inovatif (KI) yang diketuai oleh Farhan Ali Alfarizi bersama tiga anggotanya, Adhen Fakhri Rimawan, Bambang Ferdiansyah, Agus Kurniawan, dan Alfon Jones dibawah bimbingan Dr. Supriyanto, S.TP, M.Kom. telah menciptakan terobosan baru dalam menganalisis kebutuhan nitrogen pada padi yang diberi nama Reny Smart.

Farhan menjelaskan latar belakang adanya teknologi ini karena keterbatasan para petani dalam menganalisis nitrogen pada padi. Sebelumnya, para petani terbiasa membawa catatan dan melihat bagan warna daun (BWD) secara manual. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil pengamatan karena bias data bisa saja terjadi karena penilaian warna pada BWD bisa berbeda-beda antar petani.

Reny Smart hadir dengan menjawab tantangan tersebut. Prinsip Reny Smart memanfaatkan computer vision pada Android dan bekerja berdasarkan penggunaan BWD yang dibawa ke dalam bentuk digital. Bagian warna daun (BWD) merupakan sebuah palet warna dengan empat skala yang mewakili kebutuhan nitrogen pada padi. Hasil ini didasari pada penelitian yang sudah dilakukan oleh International Rice Research Institute Japan.

Program Android diset untuk mengenali warna dan menggolongkan warna daun sehingga bisa dianalisis kadar nitrogen. Petani hanya membawa handphone dan lightbox.  Kemudian, daun padi dijepit lalu difoto sampai hasil analisis nitrogen keluar tanpa melakukan penilaian manual terlebih dahulu.

“Sederhananya, BWD dibawa ke ranah digital karena efisiensi waktu kerja dan mempermudah juga, mengurangi bias data, dan lebih tertata,” kata Farhan, selaku ketua tim.

Dalam pemupukan, takaran urea ternyata berbeda-beda pada setiap petani karena tidak adanya standarisasi yang pasti. Untuk membantu mereka, Balai Penyuluhan Pertanian telah memberikan panduan tentang konsep BWD. Reny Smart sebagai aplikasi digital dengan konsep BWD dapat membantu para petani terutama mereka yang masih belum terbuka tentang cara BWD karena kepraktisan teknologi tersebut.

Petani hanya perlu mengunduh aplikasi Reny Smart di Google Play Store dan membawa sebuah lightbox. Lightbox adalah sebuah kotak cahaya yang mengeluarkan cahaya yang sudah diukur berdasarkan tingkat lux. Hal ini memudahkan petani dalam penentuan kebutuhan pupuk nitrogen.

Dari segi ekonomis, aplikasi Reny Smart jauh lebih murah dibandingkan dengan metode BWD dengan palet konvensional. Farhan mengatakan, “Secara HPP (Harga produksi penjualan), Reny Smart hanya menghabiskan Rp113.000 dan aplikasi Reny Smart sendiri termasuk gratis, hanya alat lightbox yang menghabiskan HPP, ” kata Farhan. Alat tersebut terbilang lebih murah dibandingkan dengan membeli palet BWD dengan harga sekitar Rp300.000 – Rp500.000. Farhan juga menambahkan, “Alatnya ini rangenya tidak akan dijual lebih dari Rp150.000.”

Dalam penerapannya, persepsi masyarakat yang ragu terhadap bentuk digital menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam penerapan teknologi Reny Smart di lapangan. “Orang-orang menganggap bahwa beda handphone, beda hasil, padahal, tim kami sudah meneliti bahwa hasil analisis untuk setiap handphone yang berbeda tetap sama hasilnya,” ucap mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem tersebut.

Harapan utama dengan adanya Reny Smart adalah bisa mengaplikasikan teknologi ini secara praktis kepada petani. Teknologi BWD digital ini telah dipermudah sehingga dapat digunakan oleh petani di mana saja. Kepresisian yang tinggi juga dapat menghasilkan kualitas pangan yang lebih baik. Dalam pencapaian jangka pendeknya, Farhan beserta timnya berharap bisa fokus dalam Pimnas, dapat mempublikasikan hasil penelitiannya, dan bisa menentukan arah ke depannya. “Untuk jangka panjangnya, alat ini semoga bisa dipakai dan bermanfaat,” ucapnya.

***

Reporter : Rafly Muzakki R

Editor: Shintia Rahma Islamiati

Avatar

Rafly Muzakki Rahman

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.