La Casa de Papel (Money Heist): Keberpihakan Penonton pada Pelaku Aksi Kriminal

Money Heist merupakan salah satu serial asal Spanyol yang mengisahkan sebuah rencana besar melawan hukum yang dirancang dengan sempurna. Tak main-main, rencana disusun untuk perampokan di Badan Percetakan Uang Spanyol.

Pada awalnya, film dengan judul asli “La Casa de Papel” ini hanya disiarkan di televisi Spanyol mulai 2 Mei 2017. Sampai akhirnya, Netflix mengambil alih dan memperoleh hak penyiaran global pada 2017. Sebuah film dokumenter yang melibatkan para pemain dan produser serta tim dengan judul “Money Heist: The Phenomenon” menyatakan bahwa peminat dari luar Spanyol berkat Netflix justru lebih banyak dibandingkan dari Spanyol sendiri. Melihat peningkatan tersebut, Money Heist pun terus melanjutkan serialnya hingga saat ini sudah menapaki season 4.

La Casa de Papel bercerita mengenai sosok misterius dengan julukan El Professor (diperankan oleh Alvaro Morte) yang merupakan dalang dari perampokan yang dibuat. Ia merekrut 8 anggota inti yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Tanpa saling mengenal identitas, mereka pun memiliki nama samaran berupa nama kota-kota terkenal, seperti Tokyo, Berlin, Denver, Rio, dan lain-lain. Setiap tokohnya mempunyai karakter dan motivasi yang jelas dan ditampilkan dengan penuh emosional sehingga penonton mudah menaruh simpati. Penonton dibuat seolah berada pada pihak para perampok.

Dengan kecerdasan profesor, segala kemungkinan yang akan terjadi ketika masa perampokan sudah diperhitungkan dengan sedemikian rupa, termasuk penahanan sandera untuk melindungi gedung percetakan dari serangan aparat. Apa yang akan diperbuat oleh pihak kepolisian sudah diperkirakan dan dipelajari dengan teliti oleh para perampok.

Meski dengan rencana yang terukur, ada kalanya perampok terjebak dalam situasi sulit. Serangan datang silih berganti dari berbagai arah yang tak disangka-sangka, mulai dari antar anggota perampok, profesor, kepolisian, bahkan para sandera. Akan tetapi, justru jawaban dari permasalahan tersebut sudah ada di masa perencanaan. Sebuah rencana besar disiapkan dengan begitu matangnya sehingga improvisasi hampir tidak diperlukan.

Setiap plot yang dihadirkan selalu dipenuhi dengan kejutan dan ketegangannya terjaga pada setiap musimnya. Bahkan, mereka tak segan menghilangkan beberapa karakter yang dianggap penting dan dikagumi penonton, seolah menyampaikan tidak ada hal yang tidak mungkin. Sayangnya, pada beberapa episode penonton dibuat geram karena percintaan antar tokoh dalam film yang berakibat fatal untuk rencana yang dibuat. Tak sedikit penonton yang menyesali hal tersebut.

Salah satu hal yang khas dalam film yang diproduseri oleh Alex Pina ini yaitu seragam merah para perampok dan sandera yang ikonik dengan topeng dali yang disebut-sebut digunakan sebagai lambang perlawanan. Ditambah lagi dengan lagu khas yang akan terngiang di benak para penonton, yaitu “Bella Ciao” yang merupakan lagu perlawanan dari Italia.

“Pertama dan terpenting, serial ini dimaksudkan untuk menghibur, tetapi sebuah ide berjalan di bawahnya,” jelas Alex Pina dikutip dari theguardian.com. “Skeptisme terhadap pemerintah, bank sentral, sistem,” tambahnya.

Kisah baru setelah perampokan di gedung percetakan uang Spanyol berlanjut pada musim ketiga, dimana misi besar ini dimaksudkan untuk membayar kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian anggota perampok. Mereka kembali berkumpul untuk misi yang jauh lebih besar dan tentu saja lebih sulit karena perampokan mereka sudah pernah dihadapi oleh kepolisian di kasus sebelumnya.

Cerita baru ini menggantung pada akhir musim keempat dengan adegan terakhir yang cukup mendebarkan dan membuat penasaran akan kelanjutan serial ini. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada kabar pasti mengenai perilisan musim kelima.

Sumber gambar: imdb.com
Editor: Putri Arum Puspitasari

Yuniar Galuh Nur Fatiha

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.