Barokah, Rugi Menghampiri, Cacian tak Kunjung Pergi

Terhitung sejak mulai perkuliahan semester genap (9/2) lalu, warung nasi Barokah masih sepi pengunjung (12/3). Warung nasi yang berlokasi dekat dengan gerbang berlin ini selama sebulan lebih mengalami penurunan omzet secara drastis. “Sampai sekarang penjualannya ya gini-gini aja, nombok terus, ya ibu cuma bisa sabar, mau gimana lagi,” jelas Sopiah, pemilik warung Barokah.

Warung Barokah masih sepi pembeli (foto : Ratna PH)
Warung Barokah masih sepi pembeli (foto : Ratna PH)

Sopiah mengaku kebingungan mengatasi masalah ini, sejak beredarnya isu nasi bungkus bertikus, warungnya selalu sepi. Sopiah menyayangkan isu seperti itu tersebar luas dan dianggap kebenarannya tanpa atas nama yang jelas. “Saya nggak bisa berkata isu itu benar atau salah, meskipun ada broadcast klarifikasi isu tersebut. Kalau tikus yang masuk ke nasi bungkus, ibu rasa tidak mungkin terjadi karena ukuran tikus yang lebih besar dari sendok, kalau kecoa atau lalat masih mungkin. Dan misal itu terjadi, seharusnya yang bersangkutan bisa bilang langsung ke warung tempat ia membeli untuk diganti rugi dan sebagai evaluasi pedagangnya sendiri, bukan malah menyebarkan kasusnya,” sesal Ibu yang sudah 25 tahun berjualan nasi di Bara ini.

Ibu paruh baya itu mengaku setiap hari ia harus merugi karena hasil penjualan tidak dapat menutupi modal. “Ibu pas tutup (warung), orang-orang ngiranya tutup karena isu itu, padahal karena ada acara keluarga. Ibu buka (warung), nggak angkot nggak motor semua cuma ngelirik sinis kesini. Penjualan ya gini-gini aja, sepi. Jadi bingung sendiri, kemana ibu harus minta bantuan buat usut kasus ini. Pernah mau minta tolong ke BEM dilarang pihak IPB, mau minta tolong Polisi, pihak IPB juga ngelarang, katanya takut rame wartawan,” tutur Sopiah dengan menyeka air mata.

Sopiah mengaku masih aktif berjualan salah satunya karena dukungan para pedagang pasar langganannya. Pedagang pasar rela dihutang supaya Barokah tetap buka. “Udah utang sana-sini supaya tetap bisa jualan. Yakin, saya sedang diuji. Namanya rejeki, sudah ada yang atur,” terangnya dengan sikap tegar.

Muhamad Qomarul Huda

Editor : Shalsa Nurhasanah

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

1 Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.