A Man Called Mas Pandu: Sepenggal Kisah Tentang Eksperimen, Keadilan, dan Pengabdian

Akhir-akhir ini sebuah nama sedang ramai diperbincangkan antar mahasiswa IPB khususnya mahasiswa angkatan 57, Laksamana Agridaya. Ditengah-tengah persiapan program KKN akan selalu ada nama Mas Pandu yang menjadi solusi dan memberi jawaban di setiap pertanyaan mahasiswa. #DipanduMasPandu pun ramai digunakan sebagai bentuk support dan rasa terima kasih atas kesediaan dan kesabaran Mas Pandu dalam menghadapi kebingungan yang dialami mahasiswa.

“Hobi saya dari kecil adalah eksperimen,” ucap seorang Pandu Pamungkas saat ditanya tentang hobi (30/05). Pandu Pamungkas atau akrab disapa Mas Pandu yang lahir dan besar di Jambi ini merupakan sarjana kimia IPB University tahun 2022. Mas Pandu merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Meskipun lahir dan besar di Jambi, kedua orangtuanya berasal dari Jawa Timur. Pemuda sarjana kimia kelahiran Suka Maju, 16 Juli 1999 ini adalah penanggung jawab kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa IPB. Beliau dikenal banyak mahasiswa dan dosen atas perannya menjembatani dan membantu mahasiswa dalam pelaksanaan KKN dua tahun terakhir.

Tanah Jambi menjadi tempat Mas Pandu mengenyam pendidikan wajib sejak Sekolah Dasar. Pada jenjang SMP dan SMA, beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah favorit kawasan kabupaten. Ketika duduk di bangku SMA, Mas Pandu pernah menjabat sebagai ketua OSIS selama satu periode. Seperti siswa tingkat 12 pada umumnya, setelah demisioner dari organisasi dan jabatannya, Mas Pandu mulai fokuskan skala prioritasnya pada universitas. Beliau diterima menjadi mahasiswa IPB melalui Jalur Ketua Osis (JAKETOS) dengan pilihan jurusan Kimia berbekal pengalamannya sebagai ketua OSIS. 

Jalan yang ditempuh Mas Pandu tak serta merta mulus. Sebagai anak terakhir di keluarga, berat bagi kedua orang tua untuk melepasnya jauh dari jangkauan. Walaupun begitu, dukungan dan doa dari orang tuanya senantiasa menyertai. Homesick tentu menyerang, mengingat beliau jauh dari rumah, Mas Pandu menyebutkan dirinya sempat meragukan keputusannya dan minder. Bahkan homesick-nya berdampak pada kesehatan tubuh, sampai-sampai beliau demam tiga hari di kamar asramanya. Mas Pandu juga menyebutkan tentang masa semester tiganya yang berhadapan dengan kultur baru dan tingkat kesulitan mata kuliah yang lebih rumit, sehingga langkahnya sedikit lebih lambat dari teman-teman yang lain. Mau bagaimanapun juga, tidak ada jalan kembali, ini adalah jalur yang dipilihnya. Tidak semua orang memulai dari garis start yang sama. Oleh karena itu, bagi Mas Pandu, penting untuknya berada selangkah lebih maju agar mencapai garis finish yang sama.

Selama menjadi mahasiswa IPB angkatan 55, Mas Pandu telah memperkaya diri dengan pengalaman yang menjadi batu loncatannya hingga hari ini. Mas Pandu sudah menjadi anggota Dewan Mushola dan Konselor Sebaya ketika masih di tahun pertama kuliah. Setelah merampungkan PPKU, Mas Pandu memperoleh penghasilan tambahan dari les privat untuk anak SD. Selain itu, beliau mengikuti beberapa komunitas mengajar, seperti Gerakan Cinta Anak Tani. Komunitas ini berfokus pada mata pelajaran Matematika dan IPA serta memberikan tips masuk perguruan tinggi bagi anak-anak petani tingkat SMA di lingkar kampus. Kepanitiaan yang pernah diikuti Mas Pandu cukup beragam, mulai dari acara-acara fakultas, hingga acara berskala besar seperti MPKMB dan SUIJI. Tak berhenti di sana, Mas Pandu masyhur dengan prestasinya dalam bidang menulis esai, yang tentunya tidak beliau dapatkan dengan mudah. Setelah menemukan mentor yang tepat, Mas Pandu mulai menjuarai beberapa kompetisi nasional sampai PKM, bahkan menjadi mentor esai di beberapa kesempatan. 

Mas Pandu yang kita kenal kini adalah ketua dari tim penanggung jawab KKN bidang teknis yang berhubungan langsung dengan mahasiswa. Tahun ini, sekitar 3300 mahasiswa IPB menjadi partisipan KKN, yang tentu tidak mudah bagi Mas Pandu dan tim untuk menanganinya. Perbedaan isi kepala, kepentingan, dan keputusan masing-masing individu adalah kendala utama yang paling sering ditemui. Kendala yang muncul terkait dengan penempatan mahasiswa PKM di daerah Bogor dan beberapa masalah tempat lainnya. Untuk mengatasinya, Mas Pandu memutuskan untuk mengambil jalan tengah. Keputusan ini berfokus kepada kebutuhan pelaksanaan KKN, bukan sekadar alasan pulang kampung atau main-main. Patokan tim penanggung jawab KKN adalah Indikator Kinerja Utama IPB, sehingga keputusan tersebut tetap harus dibuat meski mengecewakan banyak mahasiswa. 

Pengalaman serta ketekunan Mas Pandu dalam organisasi dan pengabdian masyarakat telah menjadikannya pribadi dengan kemampuan komunikasi dan public speaking yang baik. “Jaga nama baik IPB, dalam baik buruknya kita nanti ada nama IPB yang kita bawa. Banyak persoalan yang akan dihadapi nantinya di masyarakat. Tetap jaga kesehatan dan semangat,” pesan penanggung jawab KKN IPB 2023 bagi mahasiswa yang akan melakukan KKN.

 

***

Reporter: Dinti Wardah Nurus Sa’adah, Sisca Elfiyani, Muhammad Fadhil Indrawan, Matta Cinta Salsabila, Rana

Editor : Nur Alfia Rahmah

Fotografer : Dwiratih Ratna

Layouter : Ridwan

 

 

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.