Mahasiswa IPB Berbagi Pengalamannya Tidak Mengikuti KKN: Fokus pada Pengabdian Masyarakat dan Kesibukan di Kampus

Sumber: Narasumber

Muhammad Naufal Farras yang akrab dipanggil Farras merupakan mahasiswa Fakultas Peternakan di IPB University. Ia memilih Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan sebagai bidang studinya. Berbeda dengan mayoritas mahasiswa angkatan 57 lainnya, Farras tidak mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada semester tujuhnya. Meskipun demikian, ia berhasil mencari cara untuk menggantikan SKS yang biasanya didapat dari KKN.

Alasan Farras tidak mengikuti KKN cukup unik, ia tergabung dalam organisasi di himpunan profesi bernama Himasiter dan diterima di biro pengabdian masyarakat. Biro ini rutin mengikuti Program Penguatan Kapasitas Ormawa (PPKO). Setelah mendaftar dan menjalankan program kerja di desa, tim PPKO Farras ternyata hanya sampai tahap didanai dan belum berhasil meraih kemenangan.

“Ketika mengikuti PPKO, biro pengabdian masyarakat mengirimkan sebanyak 2 tim, tetapi hanya 1 tim saja yang berhasil lolos didanai dan beruntung saya menjadi bagian dari tim tersebut. Sayangnya, tim kami hanya sampai tahap didanai saja dan belum berhasil menang,” ungkap Farras.

Kendati begitu, Farras bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Saat ini ia sedang sibuk dengan berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan di kampus, salah satunya yaitu Badan Semi Otonom (BSO) Seni dan Budaya Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM). Selain itu, Farras juga diamanahkan untuk menjadi ketua pelaksana dalam kegiatan IPB Art Festival yang akan dilaksanakan pertama kali di IPB University serta mengikuti program magang di luar kampus.

Meskipun tidak mengikuti KKN, Farras tidak mengalami kesulitan untuk mencari alternatif menggantikan SKS. “PPKO yang saya ikuti juga memberikan 4 SKS, sama dengan yang biasanya didapat dari KKN. Jadi, program PPKO ini bisa menggantikan SKS KKN,” jelas Farras.

Farras juga berbagi pengalamannya dalam mendapatkan izin untuk menggantikan KKN dengan program PPKO. Ia bersama timnya harus mengumpulkan berkas penyetaraan PPKO berupa luaran wajib (laporan, jurnal kegiatan, dan lain-lain) serta luaran pilihan (poster, buku, profil desa, dan lain-lain).

Setelah proses tersebut selesai, sebelumnya Farras dan timnya dijadwalkan untuk mengikuti wawancara bersama pihak Direktorat Kemahasiswaan (ditmawa), tetapi dikarenakan waktunya terbatas mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan penilaian langsung ke dosen pembimbing program PPKO.

“Kami menyampaikan luaran yang kami dapatkan dari kegiatan PPKO kepada dosen pembimbing kami, Bu Widya dari Departemen INTP. Beliau sangat responsive dan dengan baik hati memberikan nilai langsung berdasarkan tugas yang telah kami selesaikan,” jelasnya.

Bagi adik tingkat yang sedang mempertimbangkan untuk mengikuti KKN atau menggantikannya dengan program lain, Farras memberikan beberapa tipsnya. “Pastikan Anda memilih program yang sesuai dengan minat dan bakat Anda. Meskipun tidak mengikuti KKN, saya merasa bersyukur karena memiliki waktu lebih untuk istirahat dan berfokus pada kesibukan di kampus. Namun, jika ingin mendapatkan pengalaman berharga dan menambah teman baru, KKN bisa menjadi pilihan yang tepat,” kata Farras.

Menurut Farras, jika tidak mengikuti KKN, kita akan mempunyai waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk mencuri start dengan memulai penelitian lebih dulu dibanding teman-teman yang lain agar bisa lulus lebih cepat. Selain itu, kita bisa ikut penelitian bersama dosen apabila ada dosen yang sedang melaksanakan penelitian pada saat itu.

Meskipun tidak mengikuti KKN, Farras berhasil menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk tetap berkontribusi dan belajar dari pengalaman di luar kelas. Kini, ia siap menghadapi tantangan baru diberbagai kegiatan dan organisasi di kampus.

***

Reporter: Nurmala Pratiwi, Mutiara Rachmina Indriani

Editor: Rosita

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.