Saat ini, Indonesia masih menghadapi kesulitan dalam mengelola masalah sampah dan belum menemukan solusi yang efektif untuk penanganannya. Menanggapi hal ini, mahasiswa KKN-T IPB menunjukkan komitmen mereka dalam membantu mengatasi permasalahan sampah di Desa Cibanteng. Komitmen ini didasarkan atas kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah menjadi hambatan yang signifikan di Desa Cibanteng, khususnya di RW 02, yang memiliki dua permasalahan utama yang saling terkait, yakni kesadaran masyarakat yang rendah serta tingginya kepadatan penduduk.
Dua masalah ini memberikan dampak serius bagi kondisi lingkungan di Desa Cibanteng. Dampak dari pengelolaan sampah yang kurang baik adalah pencemaran lingkungan dan adanya bau yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Kondisi ini semakin memburuk karena tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang memadai dan minimnya pihak pengangkut sampah dari pemukiman. Tanggung jawab menangani sampah jatuh pada pengumpul, yang secara rutin melakukan pemilahan sampah di tempat pembakaran. Namun, kendala muncul karena pengumpul hanya mengambil sampah yang memiliki nilai ekonomi atau dapat dijual, sementara sampah yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan tetap menumpuk, memaksa dilakukannya pembakaran untuk mengurangi volume sampah.
Melalui program “Pengelolaan Sampah Plastik”, mahasiswa KKN-T IPB menunjukkan kepedulian dan komitmen mereka dalam membantu mengatasi permasalahan sampah di Desa Cibanteng dengan melibatkan perangkat desa, BUMDes, masyarakat, dan pihak ketiga, Mountrash. Dengan semangat kreativitas dan tanggung jawab sosial, mereka berhasil menemukan mitra pengelola sampah yang bertujuan untuk mereduksi dampak negatif akibat pembuangan sampah yang tidak terkendali.
Menurut Adi dan Dwi yang merupakan anggota tim KKN-T ini, mengatakan bahwa metode ini hadir untuk menarik minat masyarakat untuk mulai mengelola sampah mereka sendiri dimulai dari skala rumah tangga masing-masing. “Dengan mengajak Mountrash untuk melakukan kerjasama dengan Desa Cibanteng, sampah plastik yang awalnya hanya dibuang atau dibakar dapat memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk menukarkan sampah plastik mereka,” tutur Adi.
Pengolahan sampah plastik ini dirancang sedemikian rupa agar mampu berjalan dan menghasilkan hasil yang baik, “Untuk pengolahan sampah plastik ini dirancang memiliki fungsi, yaitu tampung, pilah, olah dan jual, sedangkan untuk konsep bank sampah sendiri, yaitu tampung, pilah dan jual. Untuk limbah plastik yang memiliki harga pasar, BUMDes sendiri bisa langsung melakukan penjualan kepada pihak-pihak lain yang menguntungkan. Untuk limbah plastik yang kurang memiliki harga jual atau bahkan tidak tersentuh oleh lapak dan pemulung, limbah ini akan diolah untuk produk Ecobrick dan industri olahan,” ujar Mukhlis, Ketua BUMDes Desa Cibanteng.
Sari, selaku pihak Mountrash memaparkan bahwa, “Mountrash merupakan pemimpin pengumpulan pengelolaan sampah berbasis teknologi. Mountrash melacak, mengumpulkan, dan melaporkan sampah menggunakan IoT (Internet of Things), AI (Artificial Intelligence), dan Machine Learning.” Berdasarkan penjelasannya, Sari menyatakan bahwa Mountrash menunjukkan keterbukaannya untuk berkolaborasi dengan Desa Cibanteng dengan harapan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Mountrash telah mengimplementasikan program pembelian dan pengambilan sampah secara langsung di beberapa lokasi, dan hasilnya terbukti efektif dalam menangani permasalahan sampah di wilayah tersebut, termasuk di lingkungan IPB University.
Pelaksanaan program ini tidak terlepas dari kontribusi dan kerja sama dari pihak lain. Dalam rangka program ini, kerjasama antara mahasiswa KKN-T IPB dengan Agrianita IPB, menjadi elemen kunci sebagai penghubung antara perangkat desa dengan Mountrash melalui penyelenggaraan acara sosialisasi mengenai pengelolaan sampah plastik. Di samping itu, mahasiswa KKN-T IPB juga mengusulkan permohonan pembuatan Tempat Penampungan Sementara (TPS) kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor. Sebanyak 60 pasang TPS yang diajukan terdiri dari wadah sampah organik dan anorganik. TPS yang diajukan ini nantinya akan ditempatkan di beberapa lokasi strategis di Desa Cibanteng. Keberadaan TPS diharapkan dapat mencegah warga dari pembuangan sampah sembarangan, seperti di sungai, sehingga dapat menghindari pencemaran lingkungan.
Di akhir sesi sosialisasi, perangkat desa dan pihak Mountrash terlibat dalam diskusi mengenai prosedur pengumpulan sampah. BUMDes akan menjalin kerjasama dengan Ketua RT/RW untuk mengorganisir pengumpulan sampah di setiap wilayah, serta berkolaborasi dengan PKK untuk menyediakan dan mengolah berbagai produk kerajinan dari limbah plastik. BUMDes juga akan memberikan peluang kepada para pemulung untuk menjual limbah plastik mereka kepada Mountrash. Kolaborasi BUMDes dengan Pemerintah Desa juga melibatkan persiapan lahan sebagai tempat penampungan sampah yang terpusat.
“Jika program ini dapat berjalan dengan baik maka dapat membantu menambah penghasilan masyarakat yang rutin berpartisipasi dalam pengumpulan dan penyerahan sampah plastik mereka. Selain itu, karena kondisi masyarakat dengan mayoritas ibu-ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, mereka memiliki waktu yang lebih fleksibel sehingga nantinya program ini bisa berjalan optimal,” tutup Dwi.
***
Reporter: Haidar Ramdhani
Editor: Rosita
Tambahkan Komentar