Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) IPB University Polytree berhasil menciptakan polybag ramah lingkungan yang multiguna. Berbahan dasar pati garut, polybag ini merupakan biopolybag biodegradable yang mudah terurai secara alami.
Selain itu, kandungan nanomaterial C-dots memungkinkan biopolybag ini untuk mengikat air sehingga tanaman terhindar dari kekeringan karena kelembapan tanahnya terjaga. Selain itu, polybag Polytree ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Inilah yang memberikan keunggulan antara Polytree dengan polybag konvensional lainnya.
Habudin, petani pepaya dari Majalengka yang merupakan konsumen Polytree mengaku Polytree memberikan banyak kelebihan. “Polybag ini beda dengan polybag lain. Teksturnya lebih lembut dan elastis. Dengan polybag ini, tidak perlu melepas polybag saat penanaman ke lahan dan juga tanaman tidak perlu sering disiram,” ujarnya.
Biopolybag multiguna ini dikomersialkan oleh lima mahasiswa IPB University yang tergabung dalam tim PKM-K Polytree dengan bimbingan Dr. Tetty Kemala M.Si. Kelima mahasiswa tersebut adalah Miftahul Huda (Sekolah Bisnis), Febryo Lutfi Maulana (FMIPA), Adelianisa Prasasti Lesmana (FEM), Alwi Ulwanul Alim (FMIPA), dan Arneta Fischa Salma Arifani (Sekolah Bisnis).
Proses produksi Polytree sendiri dimulai dari pembelian bahan. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan C-Dots. Dalam sintesis C-Dots, tim PKM-K IPB University Polytree menggunakan ampas kopi dari coffee shop sedangkan untuk sintesis selulosa menggunakan pelepah pisang dari kebun pisang. Penggunaan bahan sisa tersebut membuat Polytree menjadi biopolybag yang meminimalisir limbah organik. Selain itu, Polytree juga memberdayakan petani umbi garut sehingga dapat memanfaatkan umbi garut yang belum maksimal. Usai pembuatan C-Dots, barulah Polytree mulai diproduksi.
Saat ini, Polytree telah tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan Sumatra. Polybag ini memiliki dua variasi ukuran, yaitu 10×15 cm yang dijual seharga Rp1.000/pcs dan 15×25 cm seharga Rp1.700/pcs. Harga yang kompetitif tersebut membuat Polytree dapat diakses oleh berbagai kalangan. Bahkan, Polytree berhasil terjual sebanyak 800 pcs di kalangan petani pepaya Majalengka.
Penjualan Polytree sendiri dilakukan dengan metode Business to Consumer (B2C) dan Business to Business (B2B). Selain itu, untuk meningkatkan jangkauan pasar, Polytree juga telah tersedia di platform e-commerce, yaitu Shopee dan Tokopedia.
Miftahul Huda selaku Chief Executive Officer Polytree pun berharap produk biopolybag ini dapat mengurangi limbah plastik, khususnya yang berasal dari polybag konvensional.
“Dengan adanya Polytree, kami berharap dapat terjadi pengurangan signifikan dalam penggunaan polybag konvensional yang sulit terurai dan berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan,” ucapnya. “Dengan demikian, Polytree tidak hanya menawarkan solusi praktis bagi petani dan pelaku usaha agribisnis, tetapi juga mendukung upaya pelestarian lingkungan,” pungkasnya.
***
Reporter: Fida Zalfa Lathifah Yasmin
Editor: Rosita
Tambahkan Komentar