SCDear Hadir dengan Program Domestikasi Budaya: Pengidap SCD Harus Diperhatikan!

Melalui berbagai riset dan studi literatur, tim PKM-PM SCDear yang beranggotakan Raihan, Asrofilmunadin, Dian, Naurah, dan Audina menemukan diagnosis dalam ilmu psikologi dan komunikasi yaitu Social Communication Disorder (SCD). Penyakit ini berdampak pada keterbelakangan kemampuan berkomunikasi sosial. Riset mengatakan, umur pengidap SCD relatif pendek. Maka dari itu, tim menciptakan program SCDear dengan sasaran program anak Autism Spectrum Disorder (ASD) dan Sensory Processing Disorder (SPD).

Program SCDear bekerja dengan memitigasi dampak SCD melalui domestikasi budaya. Anak ASD dan SPD cenderung mengidap SCD, anak SCD dipilih sebagai target program dengan tujuan mencegah gangguan SCD sedari kecil agar anak tersebut lebih percaya diri dan bisa berkomunikasi dengan baik, verbal maupun nonverbal. Tim merancang beberapa program yang berkaitan dengan permainan tradisional Indonesia, di antaranya Dear Designer, Dear Chef, Dear Dancer, dan Dear Builder. Keempat program ini dirancang untuk meningkatkan social self confidence atau kepercayaan diri sosial dari anak-anak autisme. 

Dear Designer adalah program memperkenalkan baju daerah dengan menggunakan properti manekin dan baju daerah mini. Anak diajarkan cara memasangkan baju daerah pada manekin. Pada program Dear Chef, anak akan diminta menyusun puzzle bergambar makanan, lalu menunjuk makanan asli yang cocok dengan puzzle.

Dear Chef

Dear Builder, mengajak anak-anak untuk berinteraksi lebih banyak satu sama lain melalui kegiatan mewarnai rumah adat dari stik es krim. Kegiatan ini melatih  kecerdasan memilih warna, komunikasi tim, dan gerak motorik anak. Anak-anak belajar menari dengan media kipas melalui program Dear Dancer. Keempat program dikemas secara apik, berfokus pada pengembangan komunikasi tim, kepercayaan sosial, visualisasi, dan motorik. 

Dear Builder

Diluar keempat program ini, ada 2 program yang dilaksanakan sebelum dan sesudah program utama, yaitu sosialisasi sebagai pembuka dan From Me to You sebagai penutup. Sosialisasi program diberikan kepada orang tua dan pengajar bersama dengan pengerjaan 25 soal pre-test. Soal-soal pre-test ini mengukur aspek komunikasi dasar, speech, sociability, dan sensory anak. Setelah SCDear selesai, orang tua dan pengajar akan kembali diberikan pertanyaan post-test untuk memetakan perkembangan anak sebelum dan sesudah program.

SCDear diikuti dengan respon positif anak-anak dan orangtua. Berdasarkan data tim, 18 dari 20 anak menunjukkan peningkatan skor diiringi pengurangan tanda-tanda SCD. Tim menyediakan penilaian harian selama kegiatan. Dari target skor 60, lebih dari 50% anak-anak sudah berada di atas target tersebut di akhir program. Hal ini merupakan pencapaian yang luar biasa. 

Dear Dancer terpilih sebagai program dengan peningkatan skor terbesar, 74% anak-anak berada di atas skor 69. Kepribadian anak perlahan berubah dari individualis dan tidak fokus, menjadi lebih fokus dan bisa bekerja sama dalam tim dengan baik. Anak-anak bisa mengikuti instruksi dengan baik dan merasa nyaman selama program berlangsung. 

Tim PKM-PM SCDear memiliki harapan besar dari membangun program ini. “Semoga program-program pengembangan komunikasi anak tidak terhenti di SCDear saja”, ucap Raihan. Saat ini, SCDear telah melakukan beberapa publikasi dan mediasi serta kesepakatan dengan Yayasan Agri Sustineri Indonesia (YASI) untuk keberlanjutan program. Tim berharap, semakin banyak orang yang terinspirasi dari SCDear dan lebih aware terhadap anak spesial. Tim berdoa, SCDear dapat membuka mata orang-orang untuk pendidikan anak spesial. Kalimat penutup dari Raihan di sesi wawancara, “Anak spesial juga punya hak untuk diperhatikan!”.

***

Reporter: Aisyah Ahadini Zuhaila

Editor: Fairuz Zain

Aisyah Ahadini Zuhaila

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.