Tingkatkan Kemampuan Bina Diri Anak Down Syndrome, Tim PKM-PM IPB Kenalkan Program Ananta dengan Metode Avatar Experience

Tim PKM-PM IPB University yang diketuai oleh Ganta Gaffrila bersama empat anggotanya, Ahmad Darmawan, Qur’Atul Aini, Farhansyah, dan Dwi Liroka di bawah bimbingan Dr. Adisti Permatasari Putri Hartoyo, S.Hut., M.Si. telah mengembangkan program bernama “Penguatan Self-Care Agency melalui Metode Avatar-Experience bagi Anak Down Syndrome Yayasan Diffable Action Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri”.

Latar belakang dibentuknya program ini adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan bina diri dan penguatan self-care agency pada anak-anak down syndrome. “Anak down syndrome butuh kemampuan motorik, merawat diri, dan keterampilan sosial. Kami ingin sekali membentuk penguatan self-care agency dan meningkatkan kemampuan diri mereka untuk hidup mandiri,” ujar Farhan.

Metode avatar-experience mengadopsi experience learning, dimana peserta merasakan pengalaman langsung dan belajar mengenai nilai-nilai elemen kehidupan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan menanamkan nilai baik dalam dirinya. “Kita menanamkan nilai-nilai elemen kehidupan seperti air, api, udara, dan bumi. Misal, elemen bumi, filosofinya pemahaman dan motivasi diri. Kita memberikan pengenalan diri kepada mereka terkait namanya, keluarganya juga pengalamannya sehari-hari. Agar mereka paham tentang dirinya dan punya banyak motivasi untuk bercita-cita,” jelas Farhan.

Program Ananta terdiri dari 5 tahapan. Tahap pertama adalah “Jumpa Ananta,” dimana dilakukan sosialisasi, profiling kepada para orang tua, dan pengisian formulir persetujuan. Tahap ini juga memungkinkan tim PKM Ananta untuk memahami karakteristik dari setiap anak.

Tahap kedua adalah “Experience 1: Ananta’s Story,” kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan Ananta. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik anak-anak down syndrome dan mengenalkan mereka pada cita-cita. 

Experience 1: Ananta’s Story

Tahap ketiga adalah “Experience 2: The Pieces of Ananta,” dimana anak-anak menyusun puzzle Ananta. Tahap ini juga mencakup “bubble jelly farming,” kegiatan menanam tanaman lidi air menggunakan media hydrogel bubble. Farhan menceritakan bahwa kegiatan ini sangat disukai anak-anak, bahkan mereka yang awalnya takut menjadi berani untuk menanam sendiri.

Tahap keempat adalah “Experience 3: Journey of Ananta,” permainan petualangan menggunakan board game. Tantangan dalam permainan ini melatih kemandirian dan kemampuan sosial anak-anak down syndrome seperti mencuci tangan, menggunakan alat makan, mengancingkan baju, dan menyapa teman. Selain itu, dilakukan juga Mahakarya Ananta, pembuatan kerajinan tangan. 

Experience 3: Journey of Ananta

Tahap terakhir, “It’s Me, Ananta,” memperkenalkan anak-anak down syndrome sebagai individu yang istimewa. Mereka menunjukkan bakat melalui tari, fashion show, dan nyanyian serta pameran karya. Acara ini diadakan di AEON Mall Sentul City dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan.“ Ananta, akronim dari Anak Down Syndrome Istimewa. Kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa anak-anak down syndrome ini memiliki bakat luar biasa,” ungkap Farhan.

Hasil signifikan dari program ini terlihat pada peningkatan kemampuan bahasa, komunikasi, dan motorik anak-anak down syndrome. Farhan mengungkap bahwa mereka sudah lebih mampu menjawab pertanyaan dasar tentang dirinya sendiri, menyusun puzzle, melukis juga lebih berani tampil dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Tim PKM Ananta berharap program ini kedepannya terus dilanjutkan dan bermanfaat bagi anak-anak down syndrome. Berkembang di kehidupan nyata maupun media sosial, instagram @cerita.ananta. “Harapan dari kita dan orang tua, mereka bisa menjadi anak yang istimewa. Walaupun memang memiliki kekurangan, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka bisa menjadi anak yang istimewa,” tutup Farhan.

***

Reporter: Arosanda Putri

Editor: Fairuz Zain

Avatar

Arosanda Putri

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.