Acara peringatan Hari Autis sedunia yang pertamakali dilaksanakan di Lapangan Ekspresi Sempur Bogor berlangsung dengan lancar. Acara ini dihadiri oleh Komunitas Peduli Autis, pengurus dan penyandang autis Rumah Autis Bogor, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, serta perwakilan dari Dinas Sosial. Acara ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kepedulian masyarakat agar tidak memandang sebelah mata penyandang autis dan anak berkebutuhan khusus.
“Autis itu bukan penyakit dan tidak menular,” ucap Rahajeng, Kepala Rumah Autis cabang Bogor dalam sambutannya di awal acara. Deklarasi Bogor Peduli Autis mengajak seluruh masyarakat Bogor agar memandang bahwa penyandang autis sebagai sesuatu yang harus dirangkul, bukan justru di jauhi. Selain itu, harapan diadakannya acara ini adalah agar para orang tua dapat mengenali gejala autis pada anak sejak dini sehingga dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
“Ciri – ciri autis itu bisa dilihat dari interaksi sosialnya yang kurang baik, perilaku yang berbeda dari yang lainnya seperti senang pada benda yang berputar dan memainkan mainan dengan cara yang tidak lazim serta kontak mata yang tidak fokus,” tambah Rahajeng.
Penyandang autis dapat mengikuti pendidikan dan terapi secara gratis di Rumah Autis Bogor sejak usia 7 hingga 17 tahun. Setelah itu maka pendidikan diarahkan kembali di rumah masing – masing oleh orang tuanya. Hal ini dimaksudkan agar anak tersebut mandiri.
“Keberadaan Rumah Autis sangat membantu karena selain sebagai tempat belajar anak juga menjadikan anak memiliki banyak teman dan kegiatan. Kalau ada kegiatan, Cahyo biasanya senang, pagi ini aja dia bangun jam empat pagi. Karena Cahyo sudah berumur 18 tahun maka dia sekarang kegiatannya di rumah, biasanya senang bantu ibunya masak,” ucap Ngadiman, ayah dari Cahyo Noor, penyandang autis.
Tambahkan Komentar