Ketika Lampu Mati Melanda IPB

            Hari Kamis, 4 Oktober 2012 menjadi hari yang sangat melelahkan, karena jadwal yang lebih padat dibandingkan hari biasa yang hanya sampai siang. Namun, hari ini berbeda dari yang biasanya. Dua mata kuliah kosong karena dosennya tidak datang. Yang pertama adalah saat mata kuliah Bahasa Indonesia, dosen saya tidak bisa datang karena ada kereta commuter line yang anjlok dan keluar dari jalur yang terjadi di sekitar Bogor. Sekalipun beliau datang, beliau akan terlambat masuk ke kelas. Setelah jam pertama dilewati dengan sukses karena tak ada dosen yang datang, dilanjutkan kembali dengan responsi bahasa Indonesia satu jam kemudian.
Jam kedua juga berhasil dilewati dengan sukses, walaupun ada sedikit rasa kantuk yang datang saat pelajaran berlangsung. Jam berikutnya adalah mata kuliah PIP atau Pengantar Ilmu Pertanian. Lagi-lagi dosen yang mengajar tidak bisa datang karena beliau sedang berada  di luar kota. Alhasil ada jam pengganti kuliah, yang diadakan pada hari yang sama setelah sholat magrib.
Dan mata kuliah yang terakhir, biologi datang menghampiri. Dosen yang biasa mengajar berhalangan hadir, namun beruntunglah karena ada dosen pengganti. Jadi setidaknya hari ini tidak hanya belajar responsi bahasa Indonesia tapi juga biologi. Malangnya, tiba-tiba lampu mati, AC pun tidak nyala, alhasil saya dan yang lain kepanasan di dalam kelas dan akhirnya membuka jendela. Untungnya hanya AC yang tidak menyala, lampu dan monitor masih berfungsi sehingga kuliah tetap berjalan dengan lancar. Seratus menit kembali berlalu dengan sukses.
Waktu telah menunjukkan pukul 16.00 saatnya kembali ke asrama. Di asrama, semua ruangan gelap dan air pun mati, ditambah di luar sedang hujan yang cukup deras. Beberapa jam kemudian, sehabis maghrib saya kuliah lagi di CCR untuk kuliah pengganti PIP. Ternyata dosen yang mengajar belum juga datang. Awalnya saya pikir dosennya tidak jadi datang lagi, namun ternyata 15 menit kemudian barulah dosen tersebut datang.
Sekitar dua jam kita kuliah, dan waktu menunjukkan pukul 20.30 tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lampu menyala. Akhirnya saya menelepon ibu saya dan bercerita bahwa di IPB lampu mati sedari tadi sore dan melanda hampir seluruh Bogor. Kembalilah saya dan teman saya ke asrama. Asrama A2 terlihat menyeramkan karena begitu gelapnya. Hanya ada beberapa emergency lamp yang menyala saat itu, termasuk di lorong saya.
Saat mulai memasuki lorong, saya melihat teman-teman lorong saya semua berada di luar kamarnya dengan buku-buku di depan mereka. Mereka belajar dan kebanyakan mengerjakan tugas membuat laporan praktikum biologi dan juga kimia. Tak lama kemudian, ibu saya menelepon saya dan mengabari bahwa ada gardu 500V yang terbakar. Gardu tersebut semacam gardu pusat yang menyuplai listrik di Bogor. Jadi, bila gardu tersebut terbakar, kemungkinan untuk lampu yang menyala lagi membutuhkan waktu yang lama. Mendengar berita tersebut, saya hanya berpikir bagaimana kuliah besok kalau lampu masih belum menyala. Bagaimana bias mandi, mencharge handphone yang baterainya mulai sedikit.
Namun tak lama kemudian, sekitar pukul 22.00 lampu kembali menyala. Alhamdulillaah, bersyukur sekali akhirnya lampu menyala. Dengan matinya lampu membuat  kehidupan serasa kembali ke zaman baheula sebelum ada lampu, yang semuanya akan menjadi serba sulit. Karena kegiatan apapun yang kita lakukan sekarang kebanyakan menggunakan teknologi yang butuh listrik.
Rezky Eka Fauzia, Magang Reporter

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.