Aksi menentang kebijakan GC (Green Campus) masih berlanjut. Setelah aksi penolakan yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa pada Kamis (10/3) lalu, Senin (14/3) kembali terjadi aksi penolakan GC sekitar pukul 08.30 WIB di halaman belakang Graha Widya Wisuda. Kali ini, aksi dilakukan oleh kalangan ojek dan pedagang makanan. Maksud dari aksi ini adalah tukang ojek dan pedagang meminta agar seluruh portal dapat kembali dibuka dan ojek dapat kembali beroperasi seperti biasa.
Aksi ini diawali dengan penjelasan yang dilakukan oleh seorang kepala polisi dihadapan sekumpulan tukang ojek dan pedagang. Ia menjelaskan bahwa ojek diberi izin untuk beroperasi, namun hanya pada jalan-jalan tertentu. Hal ini tentu saja tidak dapat diterima oleh tukang ojek dan pedagang. Mereka mengatakan bahwa penutupan portal telah membuat pemasukan mereka berkurang.


Menurut kabar yang beredar, beberapa waktu lalu perwakilan ojek telah bertemu dengan Kepala Desa Babakan, Cikarawang, dan Cibanteng. Mereka mengatakan bahwa rektor telah melarang ojek untuk beroperasi di kampus. Tukang ojek juga ditawarkan untuk bekerja di BLST dengan gaji sebesar 1,5 juta rupiah, namun mereka tetap menolak. “Kerja di BLST itu nggak jelas, nggak ada status. Kita bisa didepak kapan saja,” tutur Anto, salah satu tukang ojek.
Salah seorang pedagang di kantin Yellow Corner, Paulin Watimena, mengatakan bahwa seharusnya pihak IPB segera memberikan tanggapan dan kejelasan. “Aksi yang kami lakukan ini aksi damai, tidak perlu ada aparat polisi. Kami ingin bertemu pihak IPB, bukan polisi,” jelas Paulina. Mereka mengatakan bahwa aksi ini akan terus berlanjut hingga pihak IPB memberikan kejelasan.
Shavira Adlina Pertiwi
Editor : Muhamad Qomarul Huda
Tambahkan Komentar