Gelisah Civitas Akademika IPB Memperkarakan Etika Parkir

Akhir-akhir ini, banyak mahasiswa IPB yang resah terkait kendaraan yang diparkirkan sembarangan atau bahkan memarkirkan kendaraan secara asal-asalan di lingkungan kampus. Sebagai salah satu fasilitas kampus, tempat parkir merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa. Tak hanya pengguna motor, pengendara mobil bahkan pesepeda membutuhkan tempat yang satu ini. 

Sinta Naria Suryani dan Fairuz Nur Azizah, dua mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura menilai tempat parkir di IPB University cukup rapi dan tertata. Beberapa di antaranya juga telah dilengkapi dengan garis putih sebagai penanda tempat diparkirkannya motor.

Tapi kalau lagi ramai, ada saja mahasiswa yang memarkirkan motornya sembarangan, tidak mengikuti garis putih yang telah ada. Malah ada yang menutup jalan keluar. Jadinya susah ketika mengeluarkan motor,” jelas Fairuz saat menceritakan keadaan tempat parkir di Fakultas Pertanian.

Lain halnya dengan tempat parkir di Common Class Room (CCR), seorang mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Mardhiyah Khoirunnisa, menilai tempat parkir di CCR berantakan.

Fotografer: Zera Adinata Putri

“Berantakan. Pengguna tempat parkir ini kayak hasil SIM nembak semua. Jarak depan belakang juga sempit, jadi susah pas ngeluarin motor,” keluhnya.

Ia menambahkan, seharusnya mahasiswa lebih memperhatikan lagi garis yang telah dibuat di tempat parkir, sehingga bisa lebih tertata. Ia juga mengusulkan untuk diadakan edukasi tentang etika parkir yang benar. Usulan tersebut terutama ia sasarkan pada mahasiswa Program Kompetensi Umum, yang lebih banyak menempati tempat parkir CCR.

Tak hanya memiliki keresahan atas kurangnya etika mahasiswa dalam memarkirkan kendaraannya, masalah keamanan juga menjadi kritik penting dari mahasiswa. Pada wawancara ini, Sinta dan Fairuz sepakat atas keamanan tempat parkir yang harus diperketat, mengingat telah ada beberapa kejadian pencurian.

“Semoga setiap tempat parkir di IPB University ada CCTV-nya, untuk menjaga keamanan para pemilik kendaraan. Karena telah banyak terjadi pencurian helm, pencurian sepeda, dan yang parah terjadi juga pencurian sepeda motor,” ungkap Sinta.

Fotografer: Zera Adinata Putri

Perkara etika parkir tertuang dalam peraturan tertulis maupun tidak tertulis. Dalam wawancara bersama Toto Mustopa, S. I. P, M. Si. selaku Asisten Direktur Pengelolaan Transportasi dan Keamanan Lingkungan Kampus, beliau mengungkapkan fasilitasi Unit Keamanan Kampus (UKK) dalam mencegah dan mengurangi pelanggar parkir. 

“Kita sudah menyiapkan parkir dengan garis putih, kita juga pasang rambu-rambu bahkan di videotron. Cuma tinggal kesadaran penggunanya, karena parkiran kita tidak dijaga,” jelas Toto.

Pada mulanya, penjagaan parkir kampus tersebar di tiap-tiap tempat parkir komunal. Kini, penjagaan terpusat pada gerbang depan dengan sistem ticketing dan tap kartu KTM. Untuk setiap tempat parkir difasilitasi dengan CCTV. Kurangnya sumberdaya untuk mengawasi tempat parkir yang tersebar membuat sistem tersebut harus diubah.

Saat ini, tidak ada sanksi berarti bagi pelanggar yang parkir sembarang. Toto Mustopa mengaku belum ada penalti khusus selain teguran bagi orang-orang yang menyalahi aturan. Besar kemungkinan bagi kejadian tersebut terulang lagi menjadi salah satu pertimbangan atas hukuman yang diberikan.

“Ada aturan kalau sekali melanggar ditegur, kalau berikutnya melanggar lagi, ya, dikeluarin dari kampus. Tapi nanti dia bisa masuk lagi.”

Namun etika parkir di IPB tidak sebatas pelanggaran wilayah parkir semata. Banyaknya kasus pencurian motor, kemalingan helm, bahkan kehilangan kunci merupakan berita yang paling sering simpang siur di kalangan mahasiswa. Selain itu, tingginya tingkat pelanggaran terhadap rambu-rambu seperti kewajiban menggunakan helm, berkendara di bawah 30 km per jam, dan tanda dilarang berhenti juga menjadi sorotan. 

Dari patroli setiap dua jam, Toto Mustopa mengungkap bahwa per tahun 2023 terdapat 258 buah kunci sepeda motor tertinggal menggantung di tempat parkir. Barang-barang yang hilang bisa dengan mudah diselamatkan petugas UKK, tetapi hal tersebut tidak membuat oknum mahasiswa belajar. Banyak dari pemilik kunci yang hilang terus mengulang kecerobohan tersebut. Kampus IPB menjadi sarang teror curanmor.

Toto Mustopa menutup pernyataan dengan sebuah peringatan kembali bagi pengguna kendaraan bermotor di lingkup kampus IPB, “Aturan-aturan sudah ada, sudah kita pasang. Maka dari itu, pengguna harus hati-hati dan lebih memperhatikan peraturan yang ada.”

***

Reporter: Matta Cinta Salsabila, Fatin Humairo

Fotografer: Zera Adinata Putri

Editor: Rosita

Redaksi Koran Kampus

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.