Konsolidasi Nasional, Suara Mahasiswa Menggema di IPB University

Keluarga Mahasiswa IPB University menggelar konsolidasi nasional pada Selasa, (29/4). Sebelumnya, konsolidasi serupa telah dilakukan di Universitas Indonesia pada Rabu, (16/4). Konsolidasi lanjutan ini merupakan bentuk persiapan untuk berbagai agenda di Mei 2025. Acara ini dihadiri langsung oleh 120 perwakilan mahasiswa yang tergabung ke dalam badan eksekutif mahasiswa (BEM) dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta (UNUSIA), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas  Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), UPN Veteran Jakarta (UPNVJ), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan lainnya

Para mahasiswa menyuarakan keresahan yang mendalam atas kondisi pendidikan di tanah air. Mereka menyoroti ketimpangan akses pendidikan, komersialisasi kampus, hingga problematika kurikulum yang terus berubah-ubah tanpa arah yang jelas. “Mahasiswa adalah garda terdepan perubahan. Kita harus satu suara untuk melawan ketidakadilan dan membela kepentingan rakyat,” tegas Afif, Presiden Mahasiswa IPB University, saat membuka konsolidasi.

Fotografer: Fauzan Affan Zakiya

Dalam konsolidasi tersebut, Muhammad Syabril Diandra, Menteri Koordinator Sosial Politik BEM KM IPB, menyampaikan agenda eskalasi aksi yang direncanakan jatuh pada 2 Mei dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, dengan mengumpulkan aspirasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi—termasuk BEM dan organisasi mahasiswa.  

Konsolidasi ini menegaskan peran IPB University sebagai fasilitator dan akomodator berbagai skema pergerakan, mulai dari aksi, kajian, hingga propaganda. “IPB siap turun di mana pun, kapan pun, dan siap membantu,” ucap Syabril. Dukungan datang dari berbagai fakultas/sekolah di IPB University, sebut saja Sekolah Teknik, Fakultas Ekologi dan Manusia (FEMA), Fakultas Pertanian (FAPERTA), Fakultas Perikanan (FPIK), dan beberapa organisasi mahasiswa dari fakultas/sekolah lain. 

Semua suara atau aspirasi kemudian diolah dalam konsolidasi sebagai dasar yang kuat sebagai upaya untuk menggagas aksi nyata yang berpihak pada rakyat. “Kita sudah menjaring aspirasi dari berbagai kampus dan fakultas, sehingga semua pendapat terwakili.” ungkap Syabril, menggarisbawahi inklusivitas acara.

Setidaknya, terdapat beberapa poin tuntutan yang lahir dari konsolidasi ini, di antaranya:

  • Evaluasi sistem tata kelola pendidikan untuk akses yang lebih merata
  • Tolak kenaikan UKT dan student loan
  • Revisi RUU Sisdiknas
  • Tolak kapitalisasi dan komersialisasi pendidikan
  • Optimalisasi anggaran pendidikan 20% yang selama ini tidak tepat sasaran

Peserta konsolidasi menyepakati dua momentum aksi besar, yakni partisipasi dalam Hari Buruh Internasional (1 Mei) dan menjadi pelopor gerakan di Hari Pendidikan Nasional (2 Mei). “Pendidikan adalah hak konstitusional. Tapi, faktanya negara belum hadir secara penuh. Bukan karena negara tidak mampu, tapi karena belum ada kemauan politik yang kuat,” kritik salah satu peserta konsolidasi dari IPB University.

Selain itu, acara konsolidasi juga menekankan pentingnya penyaringan dan pengamanan agar gerakan tersebut bebas dari intervensi eksternal, sehingga tercipta ruang diskusi yang inklusif dan muncul rasa saling percaya antar peserta. Keluarga Mahasiswa IPB University memastikan koordinasi, kenyamanan, dan keamanan hadir untuk mengawal jalannya acara tanpa intervensi.
***

Reporter: Muhammad Diki Syawaludin, Fauzan Affan Zakiyya
Fotografer: Fauzan Affan Zakiya

Editor: Fairuz Zain

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.