Isu oplosan bahan bakar Pertamax dari Pertamina yang mencuat belakangan ini menuai kekecewaan dari para penggunanya. Sejumlah pelanggan setia Pertamax mengaku merasa tertipu dan akhirnya memilih beralih ke merek bahan bakar lain, salah satunya Shell. Dua narasumber yang ditemui, Khairin Leasa dan Azizan Putra Arief, membagikan pengalaman mereka setelah mendengar kabar tersebut dan bagaimana keputusan mereka dalam memilih bahan bakar untuk kendaraan mereka ke depannya.
Khairin Leasa, mahasiswi IPB yang sudah menggunakan Pertamax selama satu tahun terakhir, mengungkapkan kekecewaannya setelah mengetahui bahwa Pertamax yang digunakan ternyata adalah hasil oplosan. Senada dengan Khairin, Azizan Putra Arief, mahasiswa IPB yang telah menggunakan Pertamax selama 3-4 tahun, juga mengaku kecewa karena merasa membayar lebih untuk mendapatkan kualitas bahan bakar yang lebih baik, namun ternyata tidak sesuai ekspektasi.

Akibat dari isu ini, baik Khairin maupun Azizan memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Pertamax dan memilih Shell sebagai alternatif bahan bakar utama mereka. Khairin sempat beralih ke Pertalite sebelum akhirnya memilih Shell. Menurutnya, meskipun harga Shell lebih mahal, tetapi bahan bakarnya terasa lebih ringan bagi mesin kendaraan. “Shell itu lebih mahal dari Pertamina, tapi aku ngerasanya setelah pindah ke Shell itu lumayan ngentengin mesin jadi enak dibawanya,” jelasnya saat diwawancarai pada (6/3). Azizan juga merasakan beberapa keunggulan dari Shell, seperti lebih irit, lebih baik untuk mesin motor, serta pelayanan yang lebih cepat dan ramah. Namun, ia juga mengakui ada kekurangan dari Shell, yakni biaya yang lebih tinggi dibandingkan Pertamax dan masih sedikitnya jumlah pom bensin Shell yang tersedia di berbagai daerah.
Perbedaan harga antara Pertamax dan Shell menjadi faktor yang cukup berpengaruh bagi para pengguna. Sebagai gambaran, harga Pertamax saat ini berada di angka Rp12.900 per liter, sedangkan Shell Rp13.590 per liter. Meskipun lebih mahal, pengguna Shell merasa bahwa kualitas bahan bakar lebih baik dibandingkan Pertamax yang selama ini mereka gunakan. “Pas pakai Pertamax mesinnya lebih gradakan, setelah pakai Shell bahkan setelah pemakaian pertama aja ngerasa lebih halus, padahal Shell yang dibeli itu RON-nya sama dengan Pertamax. Tapi perbedaannya lumayan besar,” ungkap Khairin saat diwawancarai pada (6/3). Azizan juga menambahkan bahwa perbedaan harga semakin terasa setelah adanya kebijakan terbaru mengenai kenaikan harga BBM Shell dan BP per 1 Maret 2025, sementara Pertamina justru menurunkan harga BBM mereka.

Meskipun sudah beralih ke Shell, Azizan tetap mempertimbangkan untuk kembali mengisi bahan bakar di Pertamina dalam kondisi darurat, misalnya jika pom bensin Shell tidak tersedia di sekitarnya. Namun, untuk jangka panjang, ia tetap memilih Shell. Hal yang sama diungkapkan oleh Khairin, yang memilih Shell karena lebih mudah diakses dari tempat tinggalnya.
Para pengguna berharap Pertamina bisa lebih transparan dan jujur dalam menyediakan bahan bakar bagi masyarakat. Kepercayaan yang telah dirusak akibat isu oplosan ini membuat banyak pelanggan beralih ke alternatif lain. Azizan menegaskan pentingnya perbaikan dalam sistem Pertamina agar kepercayaan pelanggan bisa kembali. “Pesan saya untuk Pertamina adalah ganti orang-orang yang curang di dalamnya dengan harapan bisa mengembalikan kepercayaan dari pengguna lama,” tegasnya. Dengan adanya berbagai respons dari pengguna setia Pertamax, diharapkan Pertamina dapat melakukan evaluasi dan pembenahan agar kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat dalam menyediakan bahan bakar berkualitas.
***
Reporter: Azka Annisa, Yuricko Nadda, Hilma Rahmi
Editor: Diana Rahmawati
Tambahkan Komentar