Setiap Cerita Punya Ruang Sendiri di Dalam Hati

Resensi Novel Let Go
Diresensi oleh Rona Fauzan Noer

IDENTITAS BUKU
Judul                     :               Let Go
Penulis                 :               Windhy Puspitadewi
Penerbit              :               Gagas Media
Tahun Terbit      :               Cetakan keenam 2011
Dimensi                :               13 cm x 19 cm
Tebal                     :               viii + 244 halaman

 Kesan pertama membaca novel yang bertema persahabatan remaja ini adalah hampir tidak ada yang spesial, novel ini terasa hampir sama dengan novel remaja lainnya yang besetting kehidupan remaja dan seputar sekolah yang biasa-biasa saja, tapi jangan kecewa dulu! Untuk bisa menikmati feel dari novel ini kita perlu sedikit bersabar, karena ketika membaca lembaran demi lembaran selanjutnya, ternyata novel ini banyak mengandung makna yang bisa membuat hati dan pikiran kita sadar apa itu makna dan pentingnya persahabatan, bagaimana rasanya kehilangan, serta bagaimana cara menghargai orang lain. Novel ini sangat baik dibaca. Novel yang beralur maju dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti ini tetap dapat membuat kita terhanyut dengan kisah setiap tokohnya yang disisipi kisah cinta sebagai pemanis, namun tidak mengurangi makna sebenarnya dari novel ini.
                Raka, seorang laki-laki berumur 17 tahun yang terkenal trouble maker, di cap bodoh, malas, keras kepala, hampir diskor sekolahnya serta mempunyai kisah kelabu tentang ayahnya yang telah pergi. Akibat ulahnya, di veritas (mading sekolah) mau tidak mau harus berteman dengan tiga teman baru yang masing-masing mempunyai sifat yang bertolak belakang dengannya. Nadya, si cewek sempurna dengan segudang bakat dan selalu merasa bisa melakukan segala hal sendiri. Nathan, si pintar yang selalu bersikap sombong, sinis dan menyebalkan. Dan Sarah, si gadis manis namun lemah selalu teraniaya. Mereka terpaksa mengurusi mading sekolah bersama.
                Awalnya Raka merasa tidak cocok berteman bersama tiga teman barunya itu, namun karena salah satu sifat ikut campurnya dengan urusan orang lain, membuatnya terjebak dalam situasi yang membuatnya terus terikat dengan Nathan, Nidya, dan Sarah yang akhirnya membuat mereka menjalin persahabatan yang saling menguatkan dan membuat keajaiban diantara mereka. Persahabatn yang terjalin diantara mereka membuatnya belajar banyak tentang sesuatu yang selama ini ia takuti yaitu kehilangan seseorang yang disayang.
                Kau takkan pernah benar-benar tahu sampai kau mengalaminya. Semakin kau merasa kehilangan seseorang, semakin kau tahu seberapa besar hatimu memiliki orang yang kau sayangi di dunia ini.
Kutipan terakhir akhir paragraph buku ini “Aku bisa kehilangan seorang teman seperti itu dengan kematianku, tetapi tidak dengan kematiannnya.” (George Bernard Shaw)

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.