Melalui metode Guided Discovery Learning, Tim PKM-PM IPB University yang diketuai oleh Dhiyaa’ Adzillati Kazabarjad berhasil mencapai tujuannya, yaitu meningkatkan kemampuan motorik dalam mendorong keterampilan anak down syndrome. Ditemani oleh Novianty Purnama, Ahmad Eka Alfari, Nevandia Nur Apriliani, serta Fithri Mardhiya Mulia Pamungkas telah melaksanakan program My Potential yang dimulai pada 18 Mei hingga 22 Juni 2024.
Program My Potential yang dibimbing oleh Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si. memiliki latar belakang pengamatan bahwa mayoritas penyandang down syndrome masih belum maksimal mengolah kemampuan gerak sesuai dengan usianya. My Potential tak hanya melibatkan anak down syndrome, tetapi juga orang tua dengan harapan dapat menerapkan keterampilan motorik dalam kehidupan anak down syndorme sehari-hari.
Konsep tiap-tiap program yang diusung memiliki julukan My Potential 1, My Potential 2 hingga My Potential 6, dengan setiap tingkatan memiliki kegiatan yang berbeda-beda. “Sebutan untuk My Potential 1 adalah Say Hello to The Star, yaitu berisi tentang sosialisasi yang memperkenalkan program-program kepada orang tua, pengajar, dan sasaran target itu sendiri menggunakan role play,” ujar Nevandia. My Potential 2 dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan di Yayasan Al-Kamaliyah Bogor, yaitu bermain clay dengan output yang berfokus untuk menstimulasi anak-anak down syndrome dengan memegang, membentuk, serta memotong clay.
“Program ketiga, yaitu pattern day berfokus tentang membentuk pola dari pola dasar yang kemudian pola tersebut digunting kemudian ditempel pada karton,” ucap Nevandia. Pada My Potential 4, anak down syndrome kembali dilatih dengan program painting day, yaitu mewarnai pada contoh kertas yang sudah disediakan dan pada pertemuan berikutnya mewarnai sesuai warna yang dicontohkan. Selanjutnya, yaitu My Potential 5 yang berfokus untuk melatih motorik kasar dengan bermain bola keranjang. Program keenam, yaitu My Potential 6 dibalut dengan melaksanakan pentas seni.
Tim PKM-PM IPB University yang melibatkan anak down syndrome ini, mengukur tingkat keberhasilan dari tiap-tiap programnya dengan dua klasifikasi. “Hasil dari clay day, pattern day, dan painting day menjadi salah satu tolak ukur kita apakah mereka bisa membentuk atau sebagainya pada hasil karyanya yang diletakkan pada pojok kreasi,” tutur Nevan. Tolak ukur lainnya, dinilai berdasarkan pre-test dan post-test pada setiap kegiatan yang menjadi acuan perkembangan.
Saat program telah selesai dilaksanakan, Ahmad Eka Alfari menyampaikan bahwa banyak perubahan signifikan yang terjadi pada anak down syndrome, seperti lebih mengenal warna, mencuci tangan sebelum makan, merapikan barang-barang secara mandiri, bahkan hingga akhir acara sudah dapat menyapu rumah serta membersihkan tempat tidurnya. “Harapannya, tiap-tiap program dapat berkelanjutan dan bisa bermanfaat untuk anak down syndrome ataupun orang tua, serta membantu mitra menyelesaikan masalah-masalah yang dari awal sudah didiskusikan,” ucap Eka sebagai harapan untuk kedepannya.
***
Reporter: Farhan Ramadhan Abdullah
Editor: Fairuz Zain
Tambahkan Komentar