Permasalahan Rokok dan Tembakau, Ini Solusinya

Permasalahan rokok di Indonesia, menurut Dr. Ir. Purwono, MS dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, tidak terlepas dari dilema di antara melindungi petani tembakau dan generasi muda dari bahaya merokok. Sehingga, menurut Dr. Puwono, tindakan menolak rokok tersebut tidak tepat jika diiringi dengan sikap anti terhadap tembakau. “Sebaiknya kalau memang rokok itu akan dikurangi, jangan sampai mengorbankan petani tembakau,” katanya.

Solusi masalah ini, menurutnya, dapat diatasi dengan memperbaiki kualitas tembakau yang ada sehingga sesuai dengan kriteria pabrik rokok, mengganti tembakau yang ada dengan komoditas lain, serta melakukan penelitian tentang manfaat lain tembakau. “Kalau kita melakukan suatu kebijakan disini, kebijakan lainnya harus diperbaiki. Cukainya yang kurang ditambah dari mana? Pemerintah harus mencari sumber lain yang bisa mendatangkan pemasukan untuk negara,” tegas Dr. Purwono.

Namun, penggantian tembakau menjadi komoditas lain dirasa masih belum memungkinkan. Hal ini dikarenakan tidak semua lahan yang digunakan untuk menanam tembakau cocok untuk ditanami komoditas lain. Selain itu pemerintah harus berani menjamin adanya pembeli jika petani tembakau mengganti komoditasnya. “Kalau tembakau kan ada pembelinya meskipun harganya fluktuatif sekali,” tutur Dr. Purwono.

Sehingga solusi lainnya yakni, mencari manfaat lain tembakau dirasa paling memungkinkan apabila Indonesia benar-benar ingin mengurangi konsumsi rokok penduduknya, dengan tidak mengabaikan kesejahteraan petani tembakau. Penelitian mengenai manfaat lain tembakau, seperti yang pernah dilakukan di IPB, UGM, dan Universitas Airlangga, menyatakan bahwa tembakau mempunyai potensi untuk dijadikan biopestisda dan zat anti korosif.

Penelitian tersebut didukung oleh fakta bahwa tembakau mampu menghambat pertumbuhan bakteri sehingga dapat dijadikan pestisida yang murah dan ramah lingkungan. Selain itu, nikotin yang terdapat di tembakau mengandung gugus atom nitrogen yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebasnya pada logam, sehingga membentuk senyawa kompleks yang dapat menghambat proses korosi besi.

Namun, sayangnya meski berpotensi demikian, penggunaan tembakau untuk kedua hal diatas belum dapat menutupi keseluruhan produksi tembakau Indonesia. Belum adanya perusahaan besar yang membuat biopestisda dari tembakau di Indonesia menurut Dr. Purwono, kurang lebih disebabkan kebijakan pemerintah Indonesia yang tidak mengurusi komoditas ini secara serius dan kurang mendukung penelitian lebih lanjut mengenai itu. “Padahal itu kan tanaman rakyat. Karena menganggap rokok itu makruh, maka tanamannya juga,” tuturnya.

Mundurnya kemajuan penelitian tembakau seolah dihambat dengan kontroversi rokok di Indonesia. “Kita ribut masalah menghambat rokok. Tetapi rokok yang ada, tembakaunya juga sebagian impor,” kata Dr. Puwono. Bahkan, menurutnya  Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) sudah tidak meneliti tembakau dari pemerintah. Penelitian tersebut tidak hanya tentang manfaat lain tembakau saja, melainkan juga mengenai peningkatan kualitas tembakau lokal. Perguruan tinggi, juga menurutnya, harus mempunyai otonomi dengan tidak terbawa arus dan tetap melakukan studi serta penelitian tentang tembakau.“Harus dibedakan tembakau dengan rokok. Tembakau bisa digunakan untuk produk lain yang bermanfaat,” tutup Dr. Purwono.

Firra Tania Indrianty

Redaksi Koran Kampus

Lembaga Pers Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor

Tambahkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.